Monday, 21 April 2014

Lambang Roh Kudus-3

Terang

    Seperti telah disebut sebelumnya, Roh Kudus dilambangkan
dengan api. Api memancarkan terang, jadi terang juga melambangkan
Roh Kudus. Ketika Asaf menulis mazmur untuk mengingatkan umat
Allah tentang pembebasan mereka dari Mesir, dia menulis, “Dituntun-
Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk
dengan terang api” (Mzm. 78:14).

    Yesus berkata, “Allah adalah Roh” (Yoh. 4:24), dan Yakobus pernah
menyebut Allah sebagai “Bapa terang” (Yak. 1:17). Jadi Allah, yang
adalah Roh, adalah sumber terang kita. Dia adalah terang sejati yang
bersinar untuk memimpin semua orang yang dengan tekun dan tulus
mencari Dia.

    Terang mempunyai banyak sifat, yang bila dipelajari, membantu
kita mengerti mengapa Alkitab menggunakan terang untuk
melambangkan Roh Kudus:

• Terang menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam
   gelap (Yoh. 3:20; Ef. 5:13). Demikian juga, Roh Kudus
   menyingkapkan kegelapan dalam jiwa kita. Kenyataan
   ini digambarkan dalam contoh dua orang Kristen pada
   gereja mula-mula: Ananias dan Safira, yang ketahuan
   telah mendustai Roh Kudus. Mereka mengalami akhir
   yang tragis setelah tipu daya mereka disingkapkan (Kis.
   5:1-16). Peristiwa ini mengingatkan kita pada perkataan
   Salomo: “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan
   ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang
   tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Pkh. 12:14;
   ref Luk. 12:2).

• Terang melambangkan kebaikan. Bila terang bersinar dalam
   kegelapan, kegelapan tidak dapat menguasainya (Yoh. 1:5).
   Terang mempunyai kuasa untuk menghalau kegelapan.
   Oleh karena itu kejahatan tidak dapat menerima terang Roh
   Allah (Yoh. 14:17); sebaliknya, Roh Kudus memencarkan
   kegelapan. Maka selanjutnya, di mana ada kejahatan, Roh
   Kudus tidak akan ada di sana. Karena alasan inilah kita
   harus hidup kudus dan saleh jika kita menginginkan Roh
   Allah terus memenuhi hati dan hidup kita.

• Matahari adalah sumber cahaya alami kita. Matahari tidak
  membeda-bedakan siapa pun, tetapi sinar kehangatannya
  sama kepada setiap orang (Mat. 5:45). Demikian juga, Roh
  Kudus menerangi semua orang dengan indah. Sama seperti
  matahari, Roh Kudus memberikan kita kehangatan rohani
  dan kehidupan dan mengeluarkan kita dari bayang-bayang
  kegelapan dan maut (ref. Mat. 4:16; Luk. 1:78-79).

Pedang

    Kitab Kejadian memberikan kita referensi paling awal tentang
pedang sebagai lambang bagi Roh Kudus: “Berfirmanlah TUHAN Allah:
"Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita,
tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai
ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon
kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-
lamanya." Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia
mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu
dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan” (Kej. 3:22-24).

    Setelah Adam dan Hawa jatuh dari kasih karunia Allah, mereka
diusir dari Taman Eden dan dijauhkan dari pohon kehidupan. Akibatnya,
seluruh umat manusia kehilangan anugerah kehidupan kekal, karena
Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa bahwa mereka akan mati
jika memakan buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang
baik dan jahat (Kej. 2:17). Untuk menjaga manusia agar tidak kembali
ke Taman Eden, Allah menempatkan kerub dan pedang yang bernyalanyala
untuk menjaga taman itu.

    Taman Eden yang jasmani melambangkan Taman Eden surgawi.
Sama seperti Eden jasmani, Taman Eden di surga juga mempunyai
pohon kehidupan (Why. 22:14). Sejak kejatuhan umat manusia sampai
datangnya keselamatan Allah. Dia telah memeteraikan jalan menuju
pohon kehidupan dengan pedang. Tidak seorang pun dapat masuk
ke dalam taman itu, dan tidak seorang pun dapat menemukan jalan
menuju hidup kekal, karena dosa tidak memungkinkan manusia
mendapatkannya. Tetapi Tuhan kita Yesus Kristus, melalui kematian-
Nya di kayu salib, membuka kembali jalan ini (Mat. 27:50-51; Ibr.
10:19-20). Oleh karena itu, Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak seorang pun sampai kepada Bapa jika tidak melalui
Aku” (Yoh. 14:6; 10:9). Dia adalah satu-satunya jalan yang karenanya
kita dapat menerima keselamatan dan kehidupan kekal.

    Pedang yang bernyala-nyala di pintu masuk Taman Eden, yang
melambangkan Roh Kudus, mempunyai kekuatan untuk membunuh
dan memusnahkan. Siapa pun yang ingin masuk untuk memperoleh
kehidupan kekal, ia harus terlebih dahulu menghadapi kematian.
Paulus mengajarkan kita bahwa kita semua harus mati dan dikubur
bersama Kristus melalui baptisan air (Rm. 6:3) karena, hanya apabila
tubuh kita yang penuh dosa ini hancur, barulah kita dapat memperoleh
kehidupan kekal di dalam Tuhan (Rm. 6:6, 19, 23). Setelah itu kita
harus menerima baptisan Roh Kudus untuk mematikan perbuatanperbuatan
tubuh kita, dan kita dapat hidup (Rm. 8:13; Gal. 5:16).

    Jadi, pedang yang bernyala-nyala, yang pernah menutup jalan
menuju kehidupan kekal, tidak menandakan bahwa kita ditakdirkan
untuk hidup dalam keputusasaan. Tetapi dia telah membuka kembali
jalan menuju keselamatan untuk kita. Dia menyatakan dua kebenaran
bahwa manusia harus mati melalui baptisan air dan dilahirkan
kembali melalui Roh Kudus Allah. Hanya dengan begitu, kita baru
dapat masuk ke dalam kerajaan Allah dan menerima kehidupan kekal
(Yoh. 3:4;Tit. 3:5). Dan dari Alkitab, kita tahu bahwa Roh Kudus bekerja
dalam baptisan air dan baptisan Roh (Yoh. 3:5; 1Kor. 6:11; 12:13).
Karena alasan ini, Rasul Paulus memberitahukan jemaat di Galatia
bahwa mereka telah “memulai dalam Roh” (Gal. 3:3). Demikian juga,
perjalanan kita kembali menuju kehidupan kekal dimulai dengan Roh
Kudus. Selain melalui Dia, tidak ada jalan lain untuk kembali ke Taman
Eden.

    Rasul Paulus memberikan kita pengetahuan lebih lanjut mengenai
hubungan antara pedang dan Roh Kudus dalam suratnya kepada jemaat
di Efesus. Paulus menulis: “Pedang Roh, yaitu firman Allah” (Ef. 6:17).
Perkataannya memberitahu kita bahwa:

• Pedang melambangkan Roh Kudus.

• Sebagai senjata, Roh Kudus memberikan kita kemampuan
  untuk menghancurkan keinginan daging kita, dan
  mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan (ref. Ef. 6:12).

• Pedang Roh adalah firman Allah. Hanya bila kita
  diperlengkapi dengan pedang, maka kita dapat mempunyai
  keberanian untuk maju berperang dalam peperangan
  rohani kita melawan kuasa-kuasa kegelapan.

    Pedang Roh Allah mempunyai kekuatan. Alkitab berkata, “Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata
dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan
roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12). Firman Allah, sama seperti pedang
yang tajam, dapat menembus hati kita, menyelidiki pikiran dan motif
kita. Sayangnya, Ananias dan Safira mengira mereka dapat mencobai
Roh Kudus, dan membayar kesalahan itu dengan nyawa mereka (Kis.
5:3; 9-10). Kita harus belajar dari kesalahan mereka; daripada menguji
seberapa jauh kita dapat mendesak Roh Kudus dengan hidup tidak
benar, kita harus bersandar pada Roh Kudus sebagai sumber kekuatan
rohani kita. Dengan pedang Roh, kita dapat membuang keinginan jahat
kita dan juga memberitakan Firman Allah kepada semua orang yang
memerlukannya.

Angin

    Kata Ibrani untuk “angin” adalah ruah. Istilah ini sering
diterjemahkan sebagai “roh”, “napas” dan “udara”. Kata Yunaninya
adalah pneuma dan artinya “angin”, “roh” dan “nafas”3. Dalam tiga
kesempatan, Alkitab menggunakan “angin” untuk melambangkan Roh
Kudus: 1)Yeh. 37:5-10; 2) Yoh. 3:8; 3)Kis. 2:2.

    Ayat alkitab pertama berbunyi, “Maka firman-Nya kepadaku:
"Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak
manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin,
dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya
mereka hidup kembali." Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-
Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga
mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara
yang sangat besar” (Yeh 37:9-10).

    Ayat dari Yehezkiel ini adalah salah satu ayat Perjanjian Lama yang
penting, ketika angin digunakan sebagai lambang bagi Roh Kudus. Ayat
ini menyampaikan penglihatan Nabi Yehezkiel tentang bangkitnya
kuasa Roh Kudus. Jika kita membaca ayat ini dalam konteksnya, kita
akan menemukan ayat berikutnya yang menjelaskan pesan Yehezkiel
ini. Dalam Yehezkiel 37:14, Tuhan berkata, “Aku akan memberikan
Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali.” Dari sini kita
melihat bahwa Roh Kudus memberikan kehidupan. Berhubungan
dengan bangkitnya kuasa Roh ini, Rasul Paulus berkata, “Dan jika Roh
Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di
dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari
antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu
oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Rm. 8:11).

    Pada ayat kedua, Yesus mengajarkan, “Angin [atau Roh] bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak
tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya
dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8). Yesus berbicara
tentang Roh Kudus sebagai angin, yang bertiup ke mana dia mau dan
tidak dapat dikekang. Dia juga memenuhi bumi sebagai kekuatan yang
tidak dapat dilihat dan diraba. Dari perkataan Yesus, kita belajar bahwa
sifat angin menyatakan sifat rohani Roh Kudus.

    Pada ayat ketiga, angin sebagai lambang dari Roh Kudus, dengan
penuh kekuatan diwujudkan pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus
dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kisah Para Rasul pasal 2
menggambarkan peristiwa ini: “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di
mana mereka duduk” (Kis. 2:2, 4).

Tujuh mata

    Kitab-kitab nubuat dalam Alkitab kadang-kadang menggunakan
perlambangan “tujuh mata” untuk menjelaskan Roh Allah:

Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua— satu  permata yang bermata tujuh.
Zakharia 3:9

Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi.
Zakharia 4:10

Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Wahyu 5:6
Angka “tujuh” adalah lambang kelengkapan atau kesempurnaan;
sementara “mata” melambangkan hikmat. Jadi tujuh mata pada ayat
di atas mewakili kesempurnaan dan hikmat rohani Allah. Tujuh
mata juga melambangkan sifat Roh Kudus yang maha melihat, yaitu
kemahatahuan-Nya. Dia menyelidiki hal-hal terdalam dari Allah (1Kor.
2:10), dapat merasakan pekerjaan setan (Kis. 16:16-18), dan melihat
sampai ke hati kita yang paling dalam (Kis. 5:1-11). Allah mengawasi
orang yang baik dan yang jahat (Ams. 15:3); tidak ada yang tersembunyi
dari pandangan-Nya. Mengetahui hal ini, kita harus berusaha untuk
hidup kudus, murni dan benar.













Lambang Roh Kudus-2

Minyak

    Dalam Alkitab, Roh Kudus sering dilambangkan dengan minyak.
Kita tidak asing dengan fungsi minyak sebagai pelumas, yang digunakan
dalam permesinan untuk mengurangi gesekan dan mencegah panas
yang berlebihan. Analoginya, gereja sama seperti sebuah mesin yang
mempunyai banyak bagian, atau tubuh yang mempunyai banyak
anggota (1Kor. 12:12). Roh Kudus mengurapi hati orang-orang percaya
sehingga mereka dapat hidup bersama dalam damai sejahtera dan
kesatuan (Yeh. 11:19; Ef. 4:3).

    Dari Perjanjian Lama, kita tahu bahwa pengurapan dengan minyak
dipakai dalam upacara pentahbisan imam, raja dan nabi (Kel. 29:7-9;
Im. 8:12; 1Raj. 19:16). Alkitab juga memberitahukan kita bahwa Tuhan
Yesus diurapi oleh Allah melalui Roh Kudus (Kis. 4:27; 10:38) untuk
menjadi: Imam Besar, yang menguduskan diri-Nya untuk penebusan
dosa-dosa manusia (Ibr. 9:11-15); Raja, memerintah kerajaan Allah
(Yoh. 18:36-37; Kis. 5:31); dan Nabi, menyampaikan pesan injil (Luk.
4:18; Kis. 3:22). Sekarang, umat Kristen di gereja sejati juga diurapi
oleh Roh Allah (2Kor. 1:21) untuk memungkinkan mereka melakukan
tugas keimaman, tugas kerajaan dan tugas kenabian (1Ptr. 2:5; Why.
5:10; 1Kor. 14:31).

    Selanjutnya, pengurapan minyak dapat menandakan sebuah
pemberian anugerah (Ibr. 10:29). Pada zaman dulu, minyak sering
dipakai untuk menyembuhkan luka, seperti yang diilustrasikan
dalam perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik (Mrk. 6:13;
Luk. 10:34; Yak. 5:14-15). Demikian juga, Roh Kudus memberikan
anugerah rohani (2Tes. 2:13; Ibr. 10:29). Seringkali, keadaan jiwa kita
dapat disamakan seperti orang malang dalam perumpamaan itu, yang
dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat. Sama
seperti kasih dan anugerah menyelamatkan orang itu, demikian juga
kita disembuhkan dan diselamatkan oleh pengurapan minyak dari
anugerah Roh Allah (1Yoh. 2:20).

    Dalam Perjanjian Lama, minyak juga dipakai dalam upacara
pentahiran untuk membersihkan kusta (Im. 14:16-18), yang adalah
lambang dosa. Sama seperti minyak, Roh Kudus mempunyai kuasa
untuk mentahirkan orang-orang percaya dari dosa-dosa mereka.
Alkitab mencatat bagaimana Elisa menambahkan minyak untuk
seorang janda miskin untuk dapat tetap hidup (2Raj. 4:2-7). Sama
seperti minyak yang memelihara janda itu, Roh Kudus memberikan
kita anugerah yang berlimpah. Selain itu, tanpa Dia, kita tidak dapat
mempunyai kehidupan rohani.

    Pada zaman dulu, minyak dipakai sebagai bahan bakar lampu
(Im. 24:2). Sebagai orang Kristen, kita adalah pelita-pelita yang
memancarkan terang (Mat. 5:14). Hanya bila kita mempunyai cukup
minyak, kita dapat menyinarkan kemuliaan Tuhan untuk menerangi
kegelapan dunia (Mat. 25:4; 5:16; 1Ptr. 2:12). Jika kita siap menyambut
Tuhan dengan pelita-pelita berisi minyak dan menyala dengan terang,
maka kita dapat dengan sukacita masuk ke dalam pesta perkawinan
dengan-Nya (Mat. 25:10; Why. 19:9). Sebaliknya, jika kita tidak siap
saat Dia menemui kita, kita tidak akan diterima masuk. Saat itu
bertobat sudah terlambat – kita akan menemukan diri kita menangis di
luar dalam keputusasaan (Mat. 25:11-12). Nasihat yang disampaikan
adalah: bersiaplah sekarang, sementara kita masih mempunyai waktu
untuk mengejar kepenuhan Roh Kudus dan hidup dengan kudus.
Dengan demikian, kita dapat dengan yakin menanti kedatangan Tuhan
yang kedua, ketika Dia akan mengumpulkan mempelai wanita-Nya,
yang adalah gereja sejati (Why. 19:7).

    Dalam kitab Ibrani, Roh Kudus juga disebut “minyak kesukaan”
(Ibr. 1:9). Ini mengajarkan kita, jika dipenuhi Roh Kudus, kita akan
mempunyai sukacita yang berlimpah (1Tes. 1:6) dan keberanian untuk
mengatasi ketakutan kita (Kis. 9:31). Paulus memberitahukan kita
bahwa sukacita adalah ciri lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22).

Meterai

    Meterai sudah umum digunakan sejak zaman dahulu. Sampai
sekarang meterai terus dipakai untuk menjamin dokumen dan
perjanjian untuk membuktikan wewenang dan keaslian mereka.
Contohnya, meterai dari pengadilan menjamin kekuasaan hukum.
Demikian juga meterai raja pada sebuah dekrit kerajaan menjamin
keputusan raja yang sah. Pada zaman Persia kuno, dekrit raja tidak
dapat ditarik kembali (Est. 8:8). Bahkan raja sendiri tidak dapat
mengubah dekritnya bila sudah dimeteraikan (Dan. 6:8, 12, 15-18)
untuk melindungi keabsahannya. Titah raja adalah hukum.

    Roh Kudus dapat disamakan seperti sebuah meterai dari Allah,
Raja segala raja (1Tim. 6:15). Jika kita ada di bawah pemerintahan Allah,
kita tidak lagi berada di bawah perbudakan dosa. Yang terpenting, jika
meterai-Nya terdapat pada dahi kita (Ef. 4:30), kita akan terlepas dari
murka-Nya pada hari terakhir (Why. 7:2-3; 3:10).
   
Seperti telah disebutkan, meterai raja mewakili integritas,
kekuasaan dan wewenang raja tersebut. Barangsiapa mengenakan
meterai raja, bertindak dengan wewenang penuh dari raja tersebut.
Karena kita (gereja) mempunyai meterai Allah, yaitu Roh Kudus, kita
diberi kuasa untuk mengampuni, atau untuk menahan dan mendakwa
dunia atas dosa-dosanya (Yoh. 20:22–23; Mat. 16:19; 18:18).

    Setelah Tuhan Yesus dibaptis, Dia dimeterai dengan Roh Kudus.
Dan suara Bapa surgawi memberi kesaksian bahwa Yesus sungguhsungguh
adalah Anak yang Ia kasihi (Mat. 3:16-17). Jika kita percaya
kepada Yesus dan injil yang sepenuhnya, kita akan dimeteraikan
dengan Roh Kudus yang telah dijanjikan Allah (Ef. 1:13). Dengan cara
ini, Tuhan meneguhkan bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Karena
inilah, Rasul Paulus berkata, “Roh sendiri memberi kesaksian kepada
roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah…dan sebagai ahli waris
bersama Kristus” (Rm. 8:16-17).

    Bahasa dan lambang Roh Kudus sebagai meterai ditemukan
dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus. Alasannya adalah karena
referensi meterai sebagai sebuah perjanjian pembelian sangat dikenali
oleh jemaat dalam kota yang terkenal dengan perdagangan kayu ini.
Bickersteth memberikan kita pengetahuan mengenai penggunakan
meterai di masa itu:

Metode pembelian saat itu adalah seperti ini: setelah pedagang memilih
kayu yang akan ia beli, ia memeteraikan kayu-kayu pilihannya dengan
menggunakan stempel hak kepemilikannya, yang merupakan tanda
kepemilikan yang diakui secara umum. Seringkali pedagang tidak
membawa kayu pembeliannya pada saat itu; kayu-kayunya ditinggalkan
di pelabuhan bersama dengan kayu-kayu lain yang mengapung di air,
tetapi kayu-kayu itu telah dipilih, dibeli dan dibubuhi meterai; dan pada
waktunya si pedagang mengutus hamba kepercayaannya dengan
membawa stempel, mencari kayu-kayu dengan cap meterai yang sama,
mengklaim dan membawanya kepada tuannya.
Edward Henry Bickersteth (hal. 176)
    Sebagai pengikut Yesus, kita telah dimeteraikan dengan Roh Kudus.
Meterai kita menandakan bahwa kita bukan lagi milik kita sendiri,
tetapi milik Yesus yang telah membeli kita dengan darah-Nya (1Kor.
6:19-20). Jemaat di Efesus mengerti mengenai pentingnya meterai
dalam hak kepemilikan, sehingga Paulus memanfaatkan pengetahuan
mereka sepenuhnya untuk menyampaikan bagaimana Roh Kudus telah
memeteraikan mereka sampai pada hari penebusan mereka (Ef. 1:13,
4:30). Paulus ingin menyadarkan mereka, bahwa mereka bukan lagi
milik mereka sendiri – sekarang mereka adalah milik Yesus Kristus.
Alkitab membuat hal ini menjadi sangat jelas, karena pada meterai
Allah tertulis: “Tuhan mengenal orang-orang kepunyaan-Nya” (2Tim.
2:19).

Jaminan

    Pada Efesus 1:14, kita menemukan kata Yunani arrabon yang
berarti sebuah jaminan. Kata ini biasanya dipakai untuk menunjukkan
simpanan yang diberikan sebagai jaminan, sementara pembayaran
penuh akan dilakukan di kemudian hari. Hal ini sudah biasa dilakukan
oleh orang-orang Yunani dan Romawi dalam urusan perdagangan.

    Dalam suratnya, Paulus menggunakan kata ini untuk menjelaskan
tentang Roh Kudus sebagai janji warisan surgawi orang Kristen. Kelak,
orang-orang yang dikasihi Tuhan akan menikmati kerajaan yang telah
dipersiapkan untuk mereka sejak permulaan dunia. Ini merupakan
kasih karunia yang akan digenapi pada saat kedatangan Tuhan yang
kedua (1Ptr. 1:13). Sementara menunggu waktu penggenapannya,
Allah memberikan kita suatu jaminan untuk memastikan janji-Nya.

    Roh Kudus bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah
anak-anak Allah, dan mempunyai hak atas warisan surgawi (Rm. 8:16-
17). Mengetahui hal ini, kita harus bersyukur akan status yang mulia
ini dan mengarahkan pikiran kita pada hal-hal di atas (Kol. 3:2), karena
pengharapan kita yang sejati ada di atas, tempat Allah tinggal dalam
kemuliaan-Nya yang sempurna. Maka, untuk mengenal Yesus Kristus
lebih baik, kita harus menganggap segala sesuatu dari dunia sebagai
kerugian (Flp. 3:8).

    Roh Kudus menjamin kehidupan kekal (2Kor. 5:4-5) dan
kebangkitan kita dari kematian menjadi tubuh rohani (2Kor. 5:1-3).
Dengan jaminan Roh Kudus, kita mempunyai pengharapan hidup ini
dan tidak perlu takut akan kematian. Kita dapat melihat ke depan, ke
masa ketika kita akan bersama-sama dengan Tuhan (2Kor. 5:6-8).
Roh Kudus menjamin janji-janji-Nya kepada kita. Alkitab berkata,
“Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh
Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Sebab Dia yang
telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus,
adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya
atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor. 1:20-22).
Ayub berkata, “Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri!
Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?” (Ayb. 17:3).
Pemazmur juga berkata, “Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan”
(Mzm. 86:17). Dari ayat-ayat ini, kita mengetahui betapa pentingnya
mempunyai jaminan pengharapan akan masa depan kita.

Api

    Nabi Yesaya berkata, “Dan orang yang tertinggal di Sion dan
yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di
Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, apabila TUHAN telah
membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda
darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili
dan yang membakar” (Yes. 4:3-4). Di sini, Yesaya berbicara tentang “roh
yang membakar”, menunjukkan pada sebutan lain Roh Kudus. Istilah
Yesaya “kekotoran puteri Sion”, mengacu pada ketidakmurnian dan dosa
gereja. Tetapi, setelah Roh Kudus membakar hangus ketidakmurnian
umat Allah, mereka akan “tercatat di antara orang yang beroleh hidup
di Yerusalem”. Dengan kata lain, gereja akan menerima hidup kekal.

    Pandai besi menggunakan api untuk memurnikan logam. Api itu
membuang semua ketidakmurnian untuk menghasilkan logam yang
murni dan mengkilap (Mal. 3:2-3). Sama seperti api milik seorang
pandai besi, Roh Kudus secara rohani memurnikan, memperbaharui
(2Kor. 6:6; Tit. 3:5) dan menguduskan orang-orang percaya (1Ptr.
1:2).

    Pada zaman Nabi Yesaya, Allah menyampaikan sebuah pesan
penting untuk memberitahukan umat-Nya bahwa mereka memerlukan
roh yang membakar untuk membuang ketidak-kudusan mereka.
Demikian juga umat Allah pada masa sekarang, kota dan gereja kudus-
Nya, harus dimurnikan untuk mewujudkan kemuliaan Yerusalem
Baru, seperti yang dilukiskan dalam kitab Wahyu (Why. 21:11,18-27;
ref. Yes. 1:25).
   
    Api mempunyai kekuatan untuk melarutkan logam dan unsurunsurnya,
melebur mereka menjadi benda yang padat (ref. 2Ptr. 3:10-
12). Berbicara secara rohani, Roh Kudus dapat melarutkan sifat-sifat
kita yang mencari kepentingan pribadi dan berpusat pada diri sendiri.
Roh Kudus juga dapat membuang batasan dan perbedaan yang sering
kita pasang di dalam gereja, seperti garis-garis pemisahan rasial dan
sosial. Di bawah pimpinan Roh, Allah dapat menyatukan orang-orang
berbeda menjadi satu di dalam Kristus Yesus (Ef. 4:3; Gal. 3:28).

    Ketika api membakar, kibaran api dan asapnya naik ke langit.
Demikian juga, ketika Roh Allah membakar semakin panas dalam diri
kita dan memenuhi hati kita, kita tidak akan lagi merasa tertarik pada
kesenangan dalam dosa di dunia. Sebaliknya, kita akan terdorong untuk
meninggalkannya. Dan lagi, dengan pimpinan dan kuasa Roh Kudus,
kita dapat berpusat pada perkara-perkara rohani dan hidup menurut
pengajaran Tuhan (Mat. 6:19-20; Kol. 3:1-4). Rasul Paulus memberikan
kita teladan yang baik, karena dia mengizinkan Roh Kudus membakar
dengan hebat dalam hatinya untuk membuang semua keinginan dan
ambisi pribadinya. Roh dari api di dalam dirinya mengobarkan hasrat
yang besar untuk senantiasa bersama dengan Yesus (2Kor. 5:1-8; Flp.
1:23) dan menganggap segala sesuatu sebagai kerugian, dibandingkan
dengan anugerah karena mengenal Dia (Flp. 3:7-8).

    Sejak zaman Perjanjian Lama, kuasa Roh Kudus untuk
menumbuhkan rasa tidak mementingkan diri selalu dipelajari sebagai
pelajaran rohani. Dalam peperangannya melawan orang Midian,
Gideon memenangkan perang melawan musuh-musuhnya dengan
memecahkan buyung untuk menyingkapkan cahaya dari suluh yang
ada di dalam (Hak. 7:16-23). Tindakan simbolis ini mengajarkan
kita tentang kekuatan tersembunyi pada kehadiran Roh Allah. Hanya
apabila kita menunjukkan kerelaan untuk membuang “ke-aku-an” kita,
maka terang dan kemuliaan Yesus dapat dinyatakan di dalam diri kita
(2Kor. 4:10).

    Roh yang membakar juga memberi kita kuasa untuk memberitakan
injil dengan semangat keberanian. Contohnya, Roh Kudus memberi
kuasa kepada murid-murid pada hari Pentakosata (Yoh. 20:19; Kis.
4:31). Umat Kristen di masa awal bahkan memberitakan injil dengan
begitu berani sehingga mereka disebutkan sebagai “orang-orang yang
telah mengacaukan seluruh dunia” (Kis. 17:6). Semangat penginjilan
Allah juga membakar dalam diri Nabi Yeremia, yang tidak dapat
menahan diri untuk berbicara dalam nama Tuhan (Yer. 20:9; ref. Mzm.
39:3; Ayb. 32:17-22). Kita berdoa agar Tuhan memberikan gereja sejati
hari ini roh membakar yang sama.

Tiang awan dan tiang api

    Alkitab menuliskan, “TUHAN berjalan di depan mereka, pada
siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan
pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga
mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang
awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam
di depan bangsa itu” (Kel. 13:21-22). Tiang awan dan tiang api, yang
memimpin umat pilihan, melambangkan Roh Kudus.

    Setelah keluar dari Mesir, orang Israel menempuh perjalanan
selama empat puluh tahun lamanya di padang gurun. Perjalanan itu
tentu terlihat seakan tidak pernah berakhir. Tanpa pedoman untuk
memimpin jalan mereka sepanjang siang atau cahaya yang cukup
terang untuk memimpin mereka pada malam hari, mustahil bagi
mereka untuk menemukan jalan yang benar ke tanah perjanjian.
Namun Allah menyediakan tiang awan pada waktu siang dan tiang
api pada waktu malam untuk menuntun mereka. Bila kita membaca
membaca teks Perjanjian Lama, kelihatannya ada dua tiang yang
berbeda. Namun sesungguhnya hanya ada satu tiang, yang mempunyai
dua bentuk berbeda. Tiang itu tidak pernah meninggalkan umat Allah
dan senantiasa bertindak sebagai penuntun, memimpin mereka masuk
ke Kanaan dengan selamat.

    Allah menyediakan tiang api untuk memberikan tuntunan dan
cahaya bagi bangsa Israel, sehingga mereka dapat melanjutkan
perjalanan mereka pada waktu malam (Kel. 40:38). Sekarang, mungkin
kadang-kadang kita merasa tersesat dalam perjalanan hidup, tetapi
kita tidak boleh lupa bahwa Roh Allah adalah Penuntun dan Penolong
yang maha hadir. Dia sama seperti cahaya api, yang menuntun kita,
walaupun dunia ada dalam kegelapan. Kita dapat merasa yakin bahwa
pada akhirnya Tuhan akan memimpin kita ke Kanaan rohani, yang
adalah rumah surgawi kita.

    Berkaitan dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir, Alkitab
menuliskan hal ini: “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang
tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang
mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di
belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang
Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan
kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat
mendekati yang lain, semalam-malaman itu” (Kel. 14:19-20).

    Ketika tentara Mesir mengejar bangsa Israel, tiang awan bergerak
memisahkan umat Allah dan bangsa Mesir, dan melingkupi bangsa
Mesir dengan awan kegelapan. Herannya, tiang awan bersinar terang
bagi bangsa Israel (ref. 1Tes. 5:4).

    Peristiwa ini kaya akan pengajaran rohani. Dia mengajarkan
kita bahwa Roh Kudus dapat membuka dan menutup mata rohani
seseorang. Bagi bangsa Mesir, Roh Kudus memberikan kegelapan.
Demikian juga, bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan,
atau yang mengeraskan hati, Tuhan mungkin menutup mata mereka
seterusnya dalam kegelapan rohani (ref. Rm. 1:28; Ef. 4:18; 2Tes.
2:11). Bagi kita yang percaya, kita harus berusaha menjadi “anakanak
terang” dengan berjalan di bawah pimpinan dan perlindungan
Tuhan (1Tes. 5:5). Tuhan Yesus pernah berkata, “Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan
melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh. 8:12). Roh Kudus
adalah Roh Tuhan (2Kor. 3:17), dan orang-orang yang percaya kepada-
Nya harus berusaha keras untuk mengikuti pimpinan Roh-Nya. Kita
tidak boleh lagi berjalan dalam kegelapan rohani, karena, sama seperti
bangsa Israel, kita telah dianugerahi terang Roh Allah.

    Tiang awan dan tiang api bukan hanya memimpin bangsa Israel
melalui padang gurun, tetapi juga dipakai sebagai perisai untuk
melindungi mereka dari musuh-musuh mereka pada saat bahaya. Jadi
kita jangan melupakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita
ketika Dia mencurahkan Roh-Nya untuk tinggal di dalam diri kita. Roh
Kudus bukan hanya menuntun dan memimpin kita dalam menjalani
hidup, tetapi Dia juga melindungi kita dari kematian rohani. Ketika
kita dicobai untuk jatuh ke dalam dosa, atau untuk meninggalkan jalan
yang benar, Dia memanggil kita kembali. Oleh karena itu, telinga kita
harus peka dengan panggilan-Nya – untuk mendengarkan, dan tidak
menolak panggilan-Nya.

    Rasul Paulus juga menulis tentang tiang awan dan tiang api:
“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek
moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa
mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa
mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1Kor.
10:1-2). Dari sini kita mengetahui bahwa bangsa Israel menyeberangi
Laut Merah dan perjalanan mereka di bawah tiang awan dan tiang api
menggambarkan baptisan air dan baptisan Roh Kudus.



















Lambang Roh Kudus-1

Alkitab menggunakan empat belas lambang dan atau model berbeda untuk menggambarkan karakter Roh Kudus dan pekerjaan-Nya.

Burung Merpati


    Burung merpati mempunyai tradisi panjang Kekristenan dalam perlambangan Roh Kudus. Ini disebabkan karena merpati mempunyai banyak sifat yang menggambarkan Roh Allah.

    Burung merpati adalah mahluk monogami, yang hanya mempunyai satu pasangan sepanjang hidup mereka. Begitu terkenalnya kesetiaan mereka, sehingga Raja Salomo menggunakan burung merpati untuk melambangkan mempelai wanita yang ideal dalam Kidung Agung (Kid. 5:2; 6:9). Sama seperti burung merpati, Roh Kudus mengasihi dengan setia, dengan sabar menanti orang-orang percaya yang tersesat untuk kembali kepada-Nya. Berbicara secara rohani, bila kita berjalan menjauhi Tuhan, kita bersalah karena tidak setia karena membuat Roh berduka (Ef. 4:30) dan menginginkan kita dengan perasaan cemburu (Yak. 4:4-5; 2Kor. 11:2).

    Ciri lain dari burung merpati adalah hubungan mereka yang dekat dan khusus dengan rumah mereka. Bahkan setelah terbang jauh, mereka selalu menemukan jalan pulang (Yes. 60:8). Alkitab memberitahukan kita bahwa gereja adalah keluarga Allah (1Tim. 3:15; Ef. 2:19-22; 1Kor. 3:16), yaitu tempat berdiamnya Roh Kudus. Jika kita dipimpin oleh Roh Allah, walaupun kita mungkin tersandung dalam perjalanan kerohanian kita, tetapi kita akan selalu menemukan jalan pulang ke rumah Tuhan.

    Burung merpati juga melambangkan damai. Ketika kita mengizinkan Roh Kudus menjadi Pendamai kita, kita akan hidup damai dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 16:7; 1Yoh. 2:1; Ef. 2:14-18). Rasul Paulus mengajarkan kita bahwa damai sejahtera merupakan ciri dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22).

    Burung merpati adalah mahluk yang lemah lembut dan melambangkan kelemahlembutan Roh Kudus (Mat. 10:16). Paulus memberitahukan kita bahwa kelemahlembutan merupakan bagian lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5:23). Jadi, bila kita dipenuhi Roh Allah, kita dapat mempunyai sifat ini, seperti Yesus (Mat. 11:29).

    Burung merpati juga melambangkan kemurnian dan kesucian. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadi tulus seperti burung merpati (Mat. 10:16). Dalam Alkitab, burung merpati digunakan sebagai pembawa berita (Kej. 8:8-11). Demikian juga, Roh Kudus memberi kesaksian
tentang Yesus Kristus (Yoh. 15:26) dan membawa kabar baik-Nya kepada umat manusia.

    Dalam Perjanjian Lama, burung merpati dianggap hewan yang kudus yang dapat dipakai sebagai korban bakaran (Im. 1:14). Mereka dipisahkan dari burung-burung yang tidak kudus seperti burung
gagak. Kita melihat perbedaan antara burung merpati dan burung gagak digambarkan dalam catatan peristiwa air bah pada zaman Nuh. Sebelum air bah surut, kemungkinan bumi penuh dengan mayat-mayat manusia dan hewan. Alkitab mencatat bahwa Nuh mengutus seekor burung gagak untuk memeriksa apakah air telah surut, tetapi dia tidak kembali (Kej. 8:7). Kita tahu bahwa burung gagak mempunyai kecenderungan memakan bangkai, karena itu kita dapat menduga mengapa si burung gagak tidak kembali. Burung jenis ini dianggap tidak kudus karena alasan yang masuk akal (Im. 11:13, 15). Sebaliknya, burung merpati, yang juga diutus Nuh, tidak dapat menemukan tempat yang kering untuk tinggal dan kembali ke bahtera (Kej. 8:8-9).

    Pesan yang didapat dari kejadian di atas adalah, sama seperti burung merpati, Roh Kudus itu suci dan murni, dan tidak akan datang kepada orang yang tidak kudus, yang bercabang hati dan penuh dengan
keinginan daging. Jika kita tidak hidup kudus, seperti ketika Roh Kudus tidak dapat menemukan “tempat yang kering” dalam hati kita, Ia tidak akan membangun rumah-Nya di dalam diri kita (Yak. 4:8).

    Alkitab mencatat Nuh mengutus burung merpati sebanyak tiga kali untuk memeriksa apakah air bah telah surut (Kej. 8:8-12). Kejadian ini menubuatkan pola hubungan Roh Kudus dengan umat manusia.
Ketika burung merpati diutus untuk pertama kali, ia kembali karena air bah belum surut: peristiwa ini menggambarkan periode Perjanjian Lama ketika Roh Kudus belum turun (Yoh. 7:39). Yang kedua kali,
burung merpati itu kembali dengan sehelai daun zaitun segar yang baru saja dipetik: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada gereja mula-mula, yang dimulai pada hari Pentakosta, tetapi kemudian
berhenti (yaitu, masa hujan awal di musim gugur; Ul. 11:14; Yl. 2:23; ref. Mzm. 52:8; Yer. 11:16; Rm. 11:17). Ketigakalinya, burung merpati tidak kembali: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada hari-hari terakhir (yaitu, masa hujan akhir musim semi; Ul. 11:14; Yl. 2:23). Alkitab memberitahukan kita, bahwa pada masa hujan akhir, Roh Kudus akan tinggal di dalam gereja sejati Allah sampai Tuhan datang kembali untuk memusnahkan dunia, kali ini dengan api (yaitu, masa musim panas; ref Mat. 24:32).

Embun


    Lambang kedua Roh Kudus adalah embun. Sama seperti embun, Roh Kudus memberikan kita kepenuhan anugerah Tuhan. Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya yang berharga untuk memenuhi dan
menghibur hati kita, walaupun kita kadang-kadang tidak setia kepada- Nya dan mengkhianati kasih-Nya. Dia juga senantiasa memberikan anugerah-Nya kepada ciptaan-Nya, dengan kasih dan setia, hari demi
hari (Ams. 19:12; Hos. 14:5).

    Alkitab menyamakan hati manusia seperti sebidang ladang (Mat. 13:1-9, 18-23). Tanpa kelembaban yang cukup, tanah akan menjadi tandus dan tidak berguna (Yer. 4:3). Embun, yang melembabkan tanah,
melambangkan pembaruan yang dilakukan Roh Kudus setiap hari (ref. 2Kor. 4:13-16; Ibr. 6:7; Tit. 3:5). Ketika Roh Kudus masuk ke dalam hati kita, tanah tandus akan berubah menjadi ladang yang subur, dan roh manusia yang letih lesu mendapatkan pembaruan hidup (Yes. 26:19).

    Sepanjang siang yang panas, kelembaban terjadi karena penguapan, dan kemudian menghasilkan embun pada malam hari yang dingin. Tanaman menjadi terpelihara, sehingga memungkinkan mereka bertumbuh dan bertahan pada siang hari. Semakin panas suhu udara di siang hari, maka semakin banyak embun yang dihasilkan pada malam hari. Hal itu mengingatkan kita tentang peran Roh Kudus saat membantu gereja mula-mula: semakin besar penganiayaan yang dihadapinya, semakin besar Roh Kudus memenuhi gereja (Kis. 5:40-41; 7:54-60; 13:50-52). Pada saat-saat paling sulit, murid-murid dipenuhi
Roh Kudus dan sukacita untuk mengatasi penderitaan dan kesusahan. Roh Kudus membantu mereka mengangkat tangan yang lemah, menguatkan lutut yang goyah, dan menguatkan mereka sepanjang perjalanan rohani menuju kerajaan kekal Allah (Ibr. 12:12).

    Embun juga melambangkan keindahan, yang terlihat ketika matahari pagi menerangi tanah. Seperti beribu-ribu berlian, embun memantulkan keagungan sinar matahari dengan melepaskan kilauan cahaya. Walaupun kita tidak tidak dapat memperbandingkan nilai Roh Kudus dengan harta duniawi apapun, Alkitab melukiskan gambaran simbolis yang beragam untuk menyampaikan sifat Roh dan kemuliaan
Allah (Mat. 13:43; Why. 21:10).

Hujan

    Roh Kudus juga dilambangkan dengan hujan. Hujan mewakili kebenaran Allah dan kasih-Nya yang berlimpah (Hos. 10:12; Mat. 5:45). Alkitab berkata bahwa Dia mencurahkan hujan baik untuk orang benar maupun tidak benar (Mat. 5:45). Demikian juga, Dia mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada semua orang, baik bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain (Kis. 11:15-18; Hos. 6:3).

    Setelah musim kering, ladang-ladang terbuka seringkali menjadi kering dan tandus. Hanya dengan kelembaban yang cukup dari embun dan hujan, barulah mereka dapat menghasilkan (Im. 26:4). Curahan
hujan melunakkan tanah itu agar siap ditanam (Mzm. 65:10) dan memungkinkan benih berakar dan bertunas. Hati manusia dapat diumpamakan seperti ladang yang kering dan keras: sebelum benih kebenaran dapat berakar dan tumbuh dalam hati kita, kita memerlukan curahan Roh Kudus untuk mengubah hati kita yang keras menjadi hati yang lembut (Mk 4:14). Yang penting, kita harus belajar untuk tunduk pada kehendak Tuhan (Yeh. 36:26-27; Yak. 1:21) dan dipenuhi dengan Roh-Nya, sehingga kita dapat menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23; Ef. 5:9).

    Di Palestina kuno, dua musim hujan yang utama ada di musim gugur dan musim semi (Ul. 11:14; Yer. 5:24; Yak. 5:7). Hujan musim gugur jatuh sebelum musim tanam, sementara hujan musim semi
jatuh sebelum menuai. Sama seperti hujan musim gugur dan hujan musim semi di Palestina, Roh Kudus dicurahkan dalam dua masa yang berbeda. Kita menyebut pencurahan Roh Kudus yang pertama sebagai
hujan musim gugur atau hujan awal. Masa hujan awal ini dimulai dengan turunnya Roh Kudus yang pertama kali pada hari Pentakosta, yang menandai awal dari gereja mula-mula (Kis. 2:1-4, 41). Kita menyebut pencurahan Roh Kudus yang kedua sebagai hujan musim semi atau hujan akhir, yang dianugerahkan Allah pada gereja sejati diakhir zaman (Mal. 4:5; Why. 7:2-3; Ef. 1:13).

Air

Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujanlebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku keatas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.
Yesaya 44:3

Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Yohanes 4:13-14


Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.

Yohanes 7:37-39


    Air, termasuk dalam wujudnya sebagai embun dan hujan, adalah lambang Alkitab yang paling sering digunakan untuk melambangkan Roh Kudus. Ketiga ayat di atas menggunakan perlambangan ini. Mereka semua menguraikan kemampuan Roh untuk melegakan kehausan rohani seseorang.

    Di Rafidim, orang Israel bersungut-sungut kepada Musa karena mereka tidak mempunyai air minum. Maka Allah menyuruh Musa memukul batu dengan tongkatnya. Setelah Musa berbuat demikian, air
keluar dari batu tersebut, dan semua orang mendapatkan minum (Kel. 17:1-6). Peristiwa yang dicatat dalam Perjanjian Lama ini, mungkin adalah penggunaan lambang air yang pertama untuk melambangkan
Roh Kudus. Rasul Paulus menjelaskan manfaat rohaninya dengan berkata, “Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka,
dan batu karang itu ialah Kristus” (1Kor. 10:4). Sama seperti air dari batu di Rafidim yang memberikan hidup dan sukacita kepada orang Israel, demikian juga sekarang, Tuhan Yesus Kristus mencurahkan Roh Kudus-Nya, seperti sungai, memberikan kita kehidupan dan sukacita

    Dengan melihat sifat air dan apa yang diwakilinya, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani yang berlimpah tentang sifat Roh Kudus.

    Air adalah alat untuk membersihkan (Ibr. 10:22). Piring dan perabot yang kotor dapat dicuci bersih dengan air (Im. 11:32). Dalam Perjanjian Lama, air sering digunakan dalam upacara pentahiran (Kel.
29:4; Bil. 8:7). Sekarang pada masa Perjanjian Baru, Roh Kudus juga membersihkan kita dari kehidupan yang berdosa. Dia tinggal dalam hati kita, menguduskan kita, sampai pekerjaan keselamatan Tuhan

digenapi (Rm. 15:16; 2Tes. 2:13).

    Sama seperti air memelihara kehidupan segala yang bernapas, demikian juga Roh Kudus memelihara kehidupan rohani kita dalam Kristus. Jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita dapat mempunyai kehidupan yang berlimpah, mengalahkan dosa dan menghasilkan buah Roh Kudus (Why. 22:1-2, 17; Yoh. 10:10; Rm. 8:2; Gal. 5:22-23). Orang Kristen yang dipenuhi Roh akan dapat merasakan damai sejahtera dan
sukacita yang Dia berikan, walaupun ia ada dalam penderitaan (Rm. 14:17; 1Tes. 1:6). Walaupun kita mempunyai kelemahan-kelemahan dan menghadapi pencobaan-pencobaan kehidupan, melalui kuasa Roh
Kudus, kita dapat memelihara pengharapan kita dalam Kristus (Rm. 15:13).

Sungai

    Yehezkiel 47:1-12 mencatat bagaimana Roh Allah menuntun Nabi Yehezkiel ke pintu bait Allah. Di sana dia mendapat penglihatan tentang air yang mengalir dari bawah ambang bait, menuju ke arah timur. Ketika penglihatan Yehezkiel berlanjut, air yang naik semakin lama semakin tinggi. Ayat 6-12 menggambarkan berbagai fungsi air. Bait Allah melambangkan Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 2:21), sementara air yang keluar dari bait tersebut melambangkan Roh Kudus yang diutus-Nya (Yoh. 7:37-39; 16:7). Dengan mempelajari Yehezkiel 47:1- 12, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani melalui perlambangan sungai.

    Yehezkiel berkata, “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan” (Yeh. 47:8). Dalam bahasa Ibrani, Arabah berarti padang gurun dan lambang hati manusia, yang seringkali kosong dan tandus (Yer. 4:3-4). Hati manusia memerlukan Roh Kudus untuk memeliharanya.
“Ketika [air dari bait itu] mencapai laut [Laut Mati], airnya menjadi sembuh” (Yeh. 47:8 versi New King James). Penglihatan Yehezkiel tentang air yang masuk ke Laut Mati melambangkan penderitaan dan
kekosongan yang seringkali membebani hati kita. Tetapi ketika Roh Kudus mengalir seperti sungai ke dalam hati kita, maka kita dapat disembuhkan dan disegarkan (Mat. 11:28; Yoh. 16:33; 4:14).

    “Sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup” (Yeh. 47:9a). Sungai memberikan hidup kepada semua yang dilewatinya. Demikian juga, ketika kita dipenuhi Roh Kudus, Dia akan memberikan kita kehidupan rohani yang dinamis. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan bagaimana kita hidup: kita harus senantiasa mengejar kepenuhan Roh Kudus
sehingga kita dapat mengalahkan kedagingan dan keinginannya (Rm. 8:2; Gal. 2:20; 6:14; Flp. 3:8).

     “Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup” (Yeh. 47:9b). Sama seperti ikan di dalam sungai yang bergantung pada air untuk hidup, kehidupan rohani orang Kristen juga bergantung pada Roh Kudus. Alkitab memberitahukan kita bahwa setiap ranting yang terpisah dari pokok anggur yang benar akan menjadi kering dan mati (Yoh. 15:5-6). Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga dan tidak meninggalkan Roh Kudus, atau kita akan kehilangan hidup baru yang telah Tuhan berikan kepada kita (Rm. 8:6).

    “Maka penangkap-penangkap ikan penuh sepanjang tepinya mulai dari En-Gedi sampai En-Eglaim; daerah itu menjadi penjemuran pukat dan di sungai itu ada berjenis-jenis ikan, seperti ikan-ikan di laut besar, sangat banyak” (Yeh. 47:10). Alkitab mengajarkan kita bahwa “menangkap ikan” mengandung arti mengabarkan injil keselamatan, sementara “penangkap ikan” adalah orang-orang yang memberitakannya (Mat. 4:19). Dengan cara ini, kita mengerti bahwa perkataan Yehezkiel “ikan-ikan itu…sangat banyak”, menggambarkan terbukanya pintu keselamatan untuk banyak orang (Gal. 3:28). Nubuat ini telah digenapi pada gereja rasul-rasul, dimulai dari hari Pentakosta, ketika Roh Kudus memberi kuasa kepada para rasul untuk memberitakan firman Tuhan kepada semua orang dari segala bangsa. Sekarang, kuasa yang sama diberikan kepada gereja sejati oleh Roh Kudus hujan akhir.

    “Tetapi rawa-rawanya dan paya-payanya tidak menjadi tawar, itu menjadi tempat mengambil garam” (Yeh. 47:11). Di sini, rawa-rawa dan paya-paya mengilustrasikan orang-orang yang tersesat dalam pengejaran akan hal-hal duniawi dan kepuasan akan keinginan daging mereka. Mereka tidak mau bertobat, dan menolak anugerah keselamatan Allah (Luk. 12:16-21; 16:19; Mat. 22:1-7), sehingga tidak
layak menerima hidup baru (Yoh. 3:19-20; 14:17) dan pemulihan rohani (Gal. 5:16-17; 2Tim. 3:6-7).

    “Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat” (Yeh. 47:12). Di sini, “pohon” melambangkan orang-orang percaya (Yes. 5:7), sementara “buah-buah” adalah pekerjaan-pekerjaan mereka yang dilakukan dengan baik (Luk. 13:6-9). Orang percaya yang dipenuhi oleh Roh Kudus dapat hidup berkelimpahan dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23; Ef. 5:9; Flp. 1:11; Why. 22:1-2). Selain itu, Roh Kudus memberi mereka kuasa untuk melakukan mujizat, yang meneguhkan injil yang telah dipercayakan kepada mereka untuk diberitakan (Mrk. 16:20; Ibr. 2:4).

    Dalam Yeh 47:2-5, Yehezkiel melihat air dari Bait Allah muncul semakin lama semakin tinggi, dari semata kaki, sampai menjadi sungai yang tidak dapat diseberangi. Air yang meninggi ini melambangkan
Roh Kudus yang bertambah dalam dan kuat, yang dinyatakan ketika kita memasuki kedalaman Roh Kudus. Dari tingkat air yang meninggi ini, kita mempelajari pelajaran penting yang lain: pekerjaan Roh akan semakin bertumbuh pesat dan penuh kuasa untuk membangun Bait Allah di akhir zaman
(Hag. 2:9).




















































SEBUTAN SEBUTAN ROH KUDUS

Roh Kudus


Sebutan “Roh Kudus” lebih sering digunakan Alkitab ketika menunjukkan Roh Allah – seluruhnya ada 190 kali. Pada dasarnya Allah adalah roh (Yoh. 4:24). Oleh karena itu Roh Kudus adalah Roh Allah. Selain itu, salah satu sifat-Nya yang paling mendasar adalah kudus (Im. 11:44; Yoh. 17:11), dan sebutan “Roh Kudus” menunjukkan hal ini. Nebukadnezar, raja Babel kuno, bersaksi mengenai sifat Allah yang kudus dengan menyebut Roh Kudus sebagai “Roh dari Allah yang kudus” (Dan. 4:8, 9, 18). Demikian juga Rasul Paulus menyebut-Nya
“Roh kekudusan” (Rm. 1:4).

Sebagian besar pekerjaan Roh Kudus adalah menggerakkan orang-orang percaya untuk mencapai kekudusan agar dapat diselamatkan. (Rm. 15:16; 2Tes. 2:13; 1Ptr. 1:2). Selama kita turut pada bimbingan-Nya, Roh Kudus dapat menguatkan kita untuk mengalahkan sifat dosa kita dan keinginan daging (Gal. 5:16). Dengan demikian, Roh Kudus berperan penting untuk mencapai kekudusan kita di hadapan Tuhan.

Roh Kebenaran


Alkitab memberitahukan kita bahwa Yesus adalah kebenaran (Yoh. 14:6), dan Roh Kudus adalah kebenaran (1Yoh. 5:6). Dan karena Roh Yesus adalah Roh Kudus (2Kor. 3:17), berarti Roh Kudus juga adalah Roh kebenaran. Oleh karena itu, ketika Yesus berbicara tentang Roh Kudus, Yesus menyebut-Nya sebagai “Roh kebenaran” (Yoh. 14:17; 15:26; 16:13). Demikian juga, Rasul Yohanes menulis tentang “roh kebenaran”, yang dia bedakan dari “roh yang menyesatkan” (1Yoh. 4:6).


Misi Roh Kudus adalah bersaksi bagi Tuhan Yesus (Yoh. 15:26). Karena Yesus mewujudkan inti kebenaran, maka Roh Kudus bersaksi tentang Yesus dan kebenaran. Karena itu Roh Kudus mempunyai peranan penting untuk memimpin orang-orang percaya memahami
kebenaran yang sepenuhnya dan kebenaran tentang hal-hal yang akan datang (Yoh. 16:13). Kebenaran, baik sekarang maupun nanti, dapat diumpamakan seperti gulungan kitab yang termeterai. Jika Roh Kudus tidak membukakan meterai tersebut untuk kita, maka kita tidak akan pernah memperoleh kebenaran yang lengkap dan sempurna (Yes. 29:11-12;  Why. 5:1-5; 1Kor. 2:11).

Penolong dan Penghibur

Alkitab juga menyebut Roh Kudus sebagai “Penolong”, “Penghibur” dan “Penasehat”, tergantung versi mana yang kita baca. Dalam teks Yunani, kata yang dipakai adalah parakletos1. Arti dari para adalah “di sebelah”, sementara kaleo adalah “memanggil”. Bila dua kata ini digabungkan, parakletos secara hurufiah berarti “dipanggil untuk mendampingi”. Akar dari kata ini mempunyai arti ketenangan, penghiburan, nasehat, dorongan dan pembelaan. Istilah parakletos ditemukan sebanyak lima kali dalam Alkitab, dan selalu dalam tulisan-tulisan Yohanes (Yoh. 14:16, 26; 15:26; 16:7; 1Yoh. 2:1).

Dalam Yohanes 14:16, Yesus berkata bahwa Dia akan berdoa kepada Bapa agar memberikan murid-murid-Nya “Penolong yang lain”. Kata “yang lain”, berasal dari kata Yunani allos, yang artinya “yang lain dari jenis yang sama”. Penggunaan parakletos oleh Yesus menunjukkan bahwa Penolong itu akan menggantikan-Nya ketika Dia meninggalkan murid-murid-Nya. Hal itu membantu kita untuk memahami pernyataan Yesus yang lain: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu” (Yoh.
14:18), begitu juga persamaan antara Yesus dan parakletos dalam 1 Yohanes 2:1. Bila ayat-ayat ini dibaca bersamaan, kita akan menyadari bahwa baik Yesus maupun Roh Kudus mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan konsep parakletos dan dengan satu sama lain.

Roh hikmat dan wahyu

Dalam Efesus 1:17, Roh Kudus disebut sebagai “Roh hikmat dan wahyu”. Ini disebabkan karena Roh Kudus memberikan hikmat dan mengungkapkan maksud-maksud Allah yang tersembunyi, seperti rencana-rencana-Nya di masa depan (lihat 1Ptr. 1:10-12 dan Yud. 14-
15 untuk pengajaran lebih lanjut). Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana Roh Kudus atas hikmat dan wahyu menuntun umat Allah di masa Perjanjian Lama: 

  • Dengan Roh Allah dan hikmat, Yusuf mengartikan mimpi-mimpi Firaun yang menubuatkan rencana Allah di masa depan untuk Mesir. Karena pengartian dari Yusuf, Firaun menunjuk Yusuf sebagai perdana menteri di Mesir (Kej. 41:37-41).
  • Bezaleel dari suku Yehuda, dan Aholiab dari suku Dan, dipenuhi dengan Roh hikmat dari Allah untuk menciptakan rancangan yang artistik (dengan menggunakan emas, perak dan perunggu) untuk keperluan kemah suci, sesuai dengan pola dan kehendak Allah. Kemudian, dengan Roh Allah, mereka juga dapat mengajarkannya kepada orang lain (Kel. 35:30-36:2). 
  • Setelah Musa menumpangkan tangan kepadanya, Yosua dipenuhi Roh hikmat untuk memimpin bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan (Ul. 34:9). 
  • Daniel dipenuhi dengan Roh hikmat dan wahyu dari Allah untuk mengartikan mimpi dan penglihatan. Contohnya, ketika Nebukadnezar, Raja Babel, bermimpi tentang masa depan kerajaan Babel, dia ingin agar orang-orang bijaknya mengartikan mimpi itu, tanpa memberitahu mereka apa mimpinya. Daniel dapat memberitahu raja tentang mimpi itu dan juga menafsirkannya. Hasilnya, Daniel menjadi kepala semua orang bijaksana di Babel (Dan. 2:46-48). Lalu melalui wahyu dari Roh Kudus, dia menyampaikan pesan tentang hukuman, yang ditulis dengan jari Allah, kepada Belsyazar, penerus Nebukadnezar. Pesan itu menubuatkan tentang kejatuhan raja tersebut dan kota Babel (Dan. 5:10- 16, 25-30).

Dalam 1 Korintus 2:11, Paulus menulis: 
“Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.” 
Hikmat Allah jauh melampaui hikmat manusia. Itulah sebabnya kita bahkan tidak dapat sepenuhnya memahami betapa berlimpahnya anugerah Tuhan dalam hidup kita, atau betapa Maha Kuasanya Dia. Hanya dengan dipenuhi Roh hikmat dan wahyu-Nya, kita dapat
memahami dan mengerti kedalaman hikmat, anugerah dan kuasa Tuhan 
(Rm. 11:33-34; Ef. 1:17-21).

Roh Allah menjadi bagian terpenting dalam pewahyuan injil keselamatan. Sesungguhnya injil adalah hikmat Allah; dan tanpa Roh-Nya, kita tidak dapat mengetahuinya, atau setidaknya tidak sepenuhnya. Inilah sebabnya Yesus menjanjikan Roh Kudus-Nya, seorang "Penolong", untuk memungkinkan kita mengerti kebenaran ini:

Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.
Yohanes 14:26

Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
Yohanes 16:12-13


Perjalanan iman Rasul Paulus adalah sebuah penggambaran kuasa wahyu Roh Kudus. Sebelum ia menjadi pengikut Kristus, Paulus sudah mempunyai pengetahuan dalam hal Kitab Suci. Namun segala pengetahuannya itu tidak membuatnya mengerti kebenaran tentang
Yesus kristus. Setelah Roh Kudus membuka matanya, barulah ia dapat melihat:

Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.

Galatia 1:11-12


Memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, yaitu bagaimana rahasianya dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan singkat. Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya pengertianku akan rahasia Kristus, yang pada zaman angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya yang kudus.

Efesus 3:2-5


Sebutan lain Roh Kudus


Selain empat sebutan Roh Kudus di atas, ada banyak sebutan lainnya yang tercatat dalam Alkitab, yang dengan jelas menyatakan hakekat dan sifat-Nya:

A. Sebutan yang menunjukkan bahwa Dia adalah Roh Allah yang sejati:


    • Roh Allah (Mat. 3:16; Rm. 8:9, 14; 1Kor. 2:11; 3:16)
    • Roh TUHAN (Hak. 3:10; 1Sam. 10:6; 2Raj. 2:16; Yes. 11:2; Luk. 4:18)
    • Roh Bapa (Mat. 10:20)
    • Roh Allah yang hidup (2Kor. 3:3)
    • Roh Allah yang kudus (Dan. 4:8, 9, 18; 5:11)

B. Sebutan yang menunjukkan bahwa Dia adalah Roh Yesus:


    • Roh Kristus (Rm. 8:9; 1Ptr. 1:11)
    • Roh Yesus (Kis. 16:7)
    • Roh Yesus Kristus (Flp. 1:19)
    • Roh Tuhan (Kis. 5:9; 2Kor. 3:17-18)
    • Roh Anak (Gal. 4:6; Rm. 8:15)

C. Sebutan lain:

    
    • Roh (Mat. 4:1; Luk. 2:27; Yoh. 3:5, 6, 8, 34)
    • Roh Kekal (Ibr. 9:14)
    • Roh kemuliaan (1Ptr. 4:14)
    • Roh hikmat dan pengertian, Roh penasehat dan kuasa, roh pengetahuan dan takut 
      akan TUHAN (Yes. 11:2)
    • Roh yang rela (Mzm. 51:12)
    • Roh yang mengadili dan yang membakar (Yes. 4:4)
    • Roh kasih karunia (Ibr. 10:29)
    • Roh pengasihan dan roh permohonan (Za. 12:10)
    • Roh keadilan (Yes. 28:6)
    • Roh kekudusan (Rm. 1:4)

    • Roh yang baik (Neh. 9:20)
































































Kesimpulan Siapakah Roh Kudus ?

Sifat ilahi Allah sungguh misterius. Sebagai manusia yang terbatas, kita tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk sepenuhnya mengerti dan menjelaskan tentang Allah yang tidak terbatas. Tetapi dengan petunjuk Roh Kudus, setidaknya kita dapat memperoleh sebagian pengertian tentang sifat ke-Allah-an. Hal penting yang muncul dari Alkitab adalah, Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya. Namun akan tiba saatnya keselamatan digenapi sepenuhnya, dan Allah tidak perlu lagi menyatakan diri-Nya kepada kita dengan cara seperti ini.

Allah itu esa (Ul. 6:4; Mrk. 12:29) dan Dia adalah Roh (Yoh. 4:24). Oleh karena itu, kita dapat menolak setiap doktrin yang melebihi apa yang dinyatakan dalam Alkitab dan didasarkan pada hikmat manusia. Kita juga dapat meyakini karena kita tahu, walaupun saat ini kita hanya dapat mengerti sebagian kecil dari sifat Allah, akan ada waktunya saat segalanya tentang Dia akan diungkapkan:

Akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.

1 Yohanes 3:2

Tuhan atas langit dan bumi

Kejadian 1:1 berkata bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi. 

Kejadian 1:2 berkata bahwa Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air pada saat penciptaan. 

Dalam Perjanjian Baru, sejumlah ayat mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan atas ciptaan, melalui Dia segala sesuatu telah diciptakan dan dibenarkan (Yoh. 1:1, 3, 14; 1Kor. 8:6; Kol. 1:15–17; Ibr. 1:2).

Sebagai tambahan, banyak ahli-ahli Alkitab yakin bahwa Amsal 8:22-30 berbicara tentang Yesus Kristus, sebagai perwujudan hikmat, yang terlibat dalam pekerjaan penciptaan:

TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala. Sudah pada zaman purbakala aku dibentuk, pada mula pertama, sebelum bumi ada. Sebelum air samudera raya ada, aku telah lahir… aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;

Amsal 8:22-24, 30

Jadi dari Alkitab kita menemukan sebuah persamaan mendasar antara pekerjaan Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam penciptaan. Hanya ada satu Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dan hanya ada satu Allah. Alkitab tidak pernah mencoba membedakan Tuhan menjadi tiga pribadi berbeda.