Pada zaman gereja rasul mula-mula, orang-orang percaya saling
berbagi dalam segala yang mereka miliki dengan satu sama lain. Mereka
menjual harta benda mereka dan meletakkan hasilnya di depan para
rasul untuk dibagi-bagikan. Gereja menjadi seperti satu keluarga besar,
dan tidak seorang pun menyatakan sesuatu sebagai miliknya sendiri
(Kis. 4:32-35).
Mengikuti kebiasaan ini, seorang percaya bernama
Ananias, menjual sebidang tanahnya, tetapi menahan sebagian
hasilnya. Lalu dia membawa sebagian itu ke hadapan para rasul,
berkata bahwa itu adalah seluruhnya. Melalui wahyu dari Roh Kudus,
Petrus melihat tipu daya Ananias dan menegurnya dengan berkata,
“Ananias, mengapa hatimu dikuasai Iblis, sehingga engkau mendustai
Roh Kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah itu? …
Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah.” Kira-kira
tiga jam kemudian masuklah isteri Ananias, datang ke hadapan Petrus,
mengucapkan dusta yang sama. Lalu Petrus menegurnya, “Mengapa
kamu berdua bersepakat untuk mencobai Roh Tuhan?” Dengan segera
Safira menyusul suaminya, rebah dan putus nyawa (Kis. 5:1-10).
Jika kita membaca ayat-ayat pada Kisah Para Rasul 5:1-10 dengan
hati-hati, kita akan menemukan, Petrus menyatakan Ananias dan
Safira telah: a) mendustai Roh Kudus (ayat 3); b) mendustai Allah
(ayat 4); c) mencobai Roh Tuhan (ayat 9). Petrus mengerti dengan
jelas persamaan mendasar antara Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan
menggunakan sebutan yang berbeda untuk menunjukkan Allah yang
satu dan sama.
Dari contoh ini, kita mengetahui bahwa Alkitab tidak membedakan
Bapa, Anak dan Roh Kudus sebagai tiga pribadi yang ada dalam satu
ke-Allah-an. Sebaliknya, Alkitab menyatakan bahwa Allah adalah Esa
dengan tiga sebutan: Bapa, Anak dan Roh Kudus.
No comments:
Post a Comment