Monday, 21 April 2014

Lambang Roh Kudus-2

Minyak

    Dalam Alkitab, Roh Kudus sering dilambangkan dengan minyak.
Kita tidak asing dengan fungsi minyak sebagai pelumas, yang digunakan
dalam permesinan untuk mengurangi gesekan dan mencegah panas
yang berlebihan. Analoginya, gereja sama seperti sebuah mesin yang
mempunyai banyak bagian, atau tubuh yang mempunyai banyak
anggota (1Kor. 12:12). Roh Kudus mengurapi hati orang-orang percaya
sehingga mereka dapat hidup bersama dalam damai sejahtera dan
kesatuan (Yeh. 11:19; Ef. 4:3).

    Dari Perjanjian Lama, kita tahu bahwa pengurapan dengan minyak
dipakai dalam upacara pentahbisan imam, raja dan nabi (Kel. 29:7-9;
Im. 8:12; 1Raj. 19:16). Alkitab juga memberitahukan kita bahwa Tuhan
Yesus diurapi oleh Allah melalui Roh Kudus (Kis. 4:27; 10:38) untuk
menjadi: Imam Besar, yang menguduskan diri-Nya untuk penebusan
dosa-dosa manusia (Ibr. 9:11-15); Raja, memerintah kerajaan Allah
(Yoh. 18:36-37; Kis. 5:31); dan Nabi, menyampaikan pesan injil (Luk.
4:18; Kis. 3:22). Sekarang, umat Kristen di gereja sejati juga diurapi
oleh Roh Allah (2Kor. 1:21) untuk memungkinkan mereka melakukan
tugas keimaman, tugas kerajaan dan tugas kenabian (1Ptr. 2:5; Why.
5:10; 1Kor. 14:31).

    Selanjutnya, pengurapan minyak dapat menandakan sebuah
pemberian anugerah (Ibr. 10:29). Pada zaman dulu, minyak sering
dipakai untuk menyembuhkan luka, seperti yang diilustrasikan
dalam perumpamaan tentang Orang Samaria yang baik (Mrk. 6:13;
Luk. 10:34; Yak. 5:14-15). Demikian juga, Roh Kudus memberikan
anugerah rohani (2Tes. 2:13; Ibr. 10:29). Seringkali, keadaan jiwa kita
dapat disamakan seperti orang malang dalam perumpamaan itu, yang
dirampok, dipukuli, dan ditinggalkan dalam keadaan sekarat. Sama
seperti kasih dan anugerah menyelamatkan orang itu, demikian juga
kita disembuhkan dan diselamatkan oleh pengurapan minyak dari
anugerah Roh Allah (1Yoh. 2:20).

    Dalam Perjanjian Lama, minyak juga dipakai dalam upacara
pentahiran untuk membersihkan kusta (Im. 14:16-18), yang adalah
lambang dosa. Sama seperti minyak, Roh Kudus mempunyai kuasa
untuk mentahirkan orang-orang percaya dari dosa-dosa mereka.
Alkitab mencatat bagaimana Elisa menambahkan minyak untuk
seorang janda miskin untuk dapat tetap hidup (2Raj. 4:2-7). Sama
seperti minyak yang memelihara janda itu, Roh Kudus memberikan
kita anugerah yang berlimpah. Selain itu, tanpa Dia, kita tidak dapat
mempunyai kehidupan rohani.

    Pada zaman dulu, minyak dipakai sebagai bahan bakar lampu
(Im. 24:2). Sebagai orang Kristen, kita adalah pelita-pelita yang
memancarkan terang (Mat. 5:14). Hanya bila kita mempunyai cukup
minyak, kita dapat menyinarkan kemuliaan Tuhan untuk menerangi
kegelapan dunia (Mat. 25:4; 5:16; 1Ptr. 2:12). Jika kita siap menyambut
Tuhan dengan pelita-pelita berisi minyak dan menyala dengan terang,
maka kita dapat dengan sukacita masuk ke dalam pesta perkawinan
dengan-Nya (Mat. 25:10; Why. 19:9). Sebaliknya, jika kita tidak siap
saat Dia menemui kita, kita tidak akan diterima masuk. Saat itu
bertobat sudah terlambat – kita akan menemukan diri kita menangis di
luar dalam keputusasaan (Mat. 25:11-12). Nasihat yang disampaikan
adalah: bersiaplah sekarang, sementara kita masih mempunyai waktu
untuk mengejar kepenuhan Roh Kudus dan hidup dengan kudus.
Dengan demikian, kita dapat dengan yakin menanti kedatangan Tuhan
yang kedua, ketika Dia akan mengumpulkan mempelai wanita-Nya,
yang adalah gereja sejati (Why. 19:7).

    Dalam kitab Ibrani, Roh Kudus juga disebut “minyak kesukaan”
(Ibr. 1:9). Ini mengajarkan kita, jika dipenuhi Roh Kudus, kita akan
mempunyai sukacita yang berlimpah (1Tes. 1:6) dan keberanian untuk
mengatasi ketakutan kita (Kis. 9:31). Paulus memberitahukan kita
bahwa sukacita adalah ciri lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22).

Meterai

    Meterai sudah umum digunakan sejak zaman dahulu. Sampai
sekarang meterai terus dipakai untuk menjamin dokumen dan
perjanjian untuk membuktikan wewenang dan keaslian mereka.
Contohnya, meterai dari pengadilan menjamin kekuasaan hukum.
Demikian juga meterai raja pada sebuah dekrit kerajaan menjamin
keputusan raja yang sah. Pada zaman Persia kuno, dekrit raja tidak
dapat ditarik kembali (Est. 8:8). Bahkan raja sendiri tidak dapat
mengubah dekritnya bila sudah dimeteraikan (Dan. 6:8, 12, 15-18)
untuk melindungi keabsahannya. Titah raja adalah hukum.

    Roh Kudus dapat disamakan seperti sebuah meterai dari Allah,
Raja segala raja (1Tim. 6:15). Jika kita ada di bawah pemerintahan Allah,
kita tidak lagi berada di bawah perbudakan dosa. Yang terpenting, jika
meterai-Nya terdapat pada dahi kita (Ef. 4:30), kita akan terlepas dari
murka-Nya pada hari terakhir (Why. 7:2-3; 3:10).
   
Seperti telah disebutkan, meterai raja mewakili integritas,
kekuasaan dan wewenang raja tersebut. Barangsiapa mengenakan
meterai raja, bertindak dengan wewenang penuh dari raja tersebut.
Karena kita (gereja) mempunyai meterai Allah, yaitu Roh Kudus, kita
diberi kuasa untuk mengampuni, atau untuk menahan dan mendakwa
dunia atas dosa-dosanya (Yoh. 20:22–23; Mat. 16:19; 18:18).

    Setelah Tuhan Yesus dibaptis, Dia dimeterai dengan Roh Kudus.
Dan suara Bapa surgawi memberi kesaksian bahwa Yesus sungguhsungguh
adalah Anak yang Ia kasihi (Mat. 3:16-17). Jika kita percaya
kepada Yesus dan injil yang sepenuhnya, kita akan dimeteraikan
dengan Roh Kudus yang telah dijanjikan Allah (Ef. 1:13). Dengan cara
ini, Tuhan meneguhkan bahwa kita adalah anak-anak-Nya. Karena
inilah, Rasul Paulus berkata, “Roh sendiri memberi kesaksian kepada
roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah…dan sebagai ahli waris
bersama Kristus” (Rm. 8:16-17).

    Bahasa dan lambang Roh Kudus sebagai meterai ditemukan
dalam surat Paulus kepada jemaat Efesus. Alasannya adalah karena
referensi meterai sebagai sebuah perjanjian pembelian sangat dikenali
oleh jemaat dalam kota yang terkenal dengan perdagangan kayu ini.
Bickersteth memberikan kita pengetahuan mengenai penggunakan
meterai di masa itu:

Metode pembelian saat itu adalah seperti ini: setelah pedagang memilih
kayu yang akan ia beli, ia memeteraikan kayu-kayu pilihannya dengan
menggunakan stempel hak kepemilikannya, yang merupakan tanda
kepemilikan yang diakui secara umum. Seringkali pedagang tidak
membawa kayu pembeliannya pada saat itu; kayu-kayunya ditinggalkan
di pelabuhan bersama dengan kayu-kayu lain yang mengapung di air,
tetapi kayu-kayu itu telah dipilih, dibeli dan dibubuhi meterai; dan pada
waktunya si pedagang mengutus hamba kepercayaannya dengan
membawa stempel, mencari kayu-kayu dengan cap meterai yang sama,
mengklaim dan membawanya kepada tuannya.
Edward Henry Bickersteth (hal. 176)
    Sebagai pengikut Yesus, kita telah dimeteraikan dengan Roh Kudus.
Meterai kita menandakan bahwa kita bukan lagi milik kita sendiri,
tetapi milik Yesus yang telah membeli kita dengan darah-Nya (1Kor.
6:19-20). Jemaat di Efesus mengerti mengenai pentingnya meterai
dalam hak kepemilikan, sehingga Paulus memanfaatkan pengetahuan
mereka sepenuhnya untuk menyampaikan bagaimana Roh Kudus telah
memeteraikan mereka sampai pada hari penebusan mereka (Ef. 1:13,
4:30). Paulus ingin menyadarkan mereka, bahwa mereka bukan lagi
milik mereka sendiri – sekarang mereka adalah milik Yesus Kristus.
Alkitab membuat hal ini menjadi sangat jelas, karena pada meterai
Allah tertulis: “Tuhan mengenal orang-orang kepunyaan-Nya” (2Tim.
2:19).

Jaminan

    Pada Efesus 1:14, kita menemukan kata Yunani arrabon yang
berarti sebuah jaminan. Kata ini biasanya dipakai untuk menunjukkan
simpanan yang diberikan sebagai jaminan, sementara pembayaran
penuh akan dilakukan di kemudian hari. Hal ini sudah biasa dilakukan
oleh orang-orang Yunani dan Romawi dalam urusan perdagangan.

    Dalam suratnya, Paulus menggunakan kata ini untuk menjelaskan
tentang Roh Kudus sebagai janji warisan surgawi orang Kristen. Kelak,
orang-orang yang dikasihi Tuhan akan menikmati kerajaan yang telah
dipersiapkan untuk mereka sejak permulaan dunia. Ini merupakan
kasih karunia yang akan digenapi pada saat kedatangan Tuhan yang
kedua (1Ptr. 1:13). Sementara menunggu waktu penggenapannya,
Allah memberikan kita suatu jaminan untuk memastikan janji-Nya.

    Roh Kudus bersaksi bersama dengan roh kita bahwa kita adalah
anak-anak Allah, dan mempunyai hak atas warisan surgawi (Rm. 8:16-
17). Mengetahui hal ini, kita harus bersyukur akan status yang mulia
ini dan mengarahkan pikiran kita pada hal-hal di atas (Kol. 3:2), karena
pengharapan kita yang sejati ada di atas, tempat Allah tinggal dalam
kemuliaan-Nya yang sempurna. Maka, untuk mengenal Yesus Kristus
lebih baik, kita harus menganggap segala sesuatu dari dunia sebagai
kerugian (Flp. 3:8).

    Roh Kudus menjamin kehidupan kekal (2Kor. 5:4-5) dan
kebangkitan kita dari kematian menjadi tubuh rohani (2Kor. 5:1-3).
Dengan jaminan Roh Kudus, kita mempunyai pengharapan hidup ini
dan tidak perlu takut akan kematian. Kita dapat melihat ke depan, ke
masa ketika kita akan bersama-sama dengan Tuhan (2Kor. 5:6-8).
Roh Kudus menjamin janji-janji-Nya kepada kita. Alkitab berkata,
“Sebab Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya oleh
Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah. Sebab Dia yang
telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus,
adalah Allah yang telah mengurapi, memeteraikan tanda milik-Nya
atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita” (2Kor. 1:20-22).
Ayub berkata, “Biarlah Engkau menjadi jaminanku bagi-Mu sendiri!
Siapa lagi yang dapat membuat persetujuan bagiku?” (Ayb. 17:3).
Pemazmur juga berkata, “Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan”
(Mzm. 86:17). Dari ayat-ayat ini, kita mengetahui betapa pentingnya
mempunyai jaminan pengharapan akan masa depan kita.

Api

    Nabi Yesaya berkata, “Dan orang yang tertinggal di Sion dan
yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di
Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, apabila TUHAN telah
membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda
darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili
dan yang membakar” (Yes. 4:3-4). Di sini, Yesaya berbicara tentang “roh
yang membakar”, menunjukkan pada sebutan lain Roh Kudus. Istilah
Yesaya “kekotoran puteri Sion”, mengacu pada ketidakmurnian dan dosa
gereja. Tetapi, setelah Roh Kudus membakar hangus ketidakmurnian
umat Allah, mereka akan “tercatat di antara orang yang beroleh hidup
di Yerusalem”. Dengan kata lain, gereja akan menerima hidup kekal.

    Pandai besi menggunakan api untuk memurnikan logam. Api itu
membuang semua ketidakmurnian untuk menghasilkan logam yang
murni dan mengkilap (Mal. 3:2-3). Sama seperti api milik seorang
pandai besi, Roh Kudus secara rohani memurnikan, memperbaharui
(2Kor. 6:6; Tit. 3:5) dan menguduskan orang-orang percaya (1Ptr.
1:2).

    Pada zaman Nabi Yesaya, Allah menyampaikan sebuah pesan
penting untuk memberitahukan umat-Nya bahwa mereka memerlukan
roh yang membakar untuk membuang ketidak-kudusan mereka.
Demikian juga umat Allah pada masa sekarang, kota dan gereja kudus-
Nya, harus dimurnikan untuk mewujudkan kemuliaan Yerusalem
Baru, seperti yang dilukiskan dalam kitab Wahyu (Why. 21:11,18-27;
ref. Yes. 1:25).
   
    Api mempunyai kekuatan untuk melarutkan logam dan unsurunsurnya,
melebur mereka menjadi benda yang padat (ref. 2Ptr. 3:10-
12). Berbicara secara rohani, Roh Kudus dapat melarutkan sifat-sifat
kita yang mencari kepentingan pribadi dan berpusat pada diri sendiri.
Roh Kudus juga dapat membuang batasan dan perbedaan yang sering
kita pasang di dalam gereja, seperti garis-garis pemisahan rasial dan
sosial. Di bawah pimpinan Roh, Allah dapat menyatukan orang-orang
berbeda menjadi satu di dalam Kristus Yesus (Ef. 4:3; Gal. 3:28).

    Ketika api membakar, kibaran api dan asapnya naik ke langit.
Demikian juga, ketika Roh Allah membakar semakin panas dalam diri
kita dan memenuhi hati kita, kita tidak akan lagi merasa tertarik pada
kesenangan dalam dosa di dunia. Sebaliknya, kita akan terdorong untuk
meninggalkannya. Dan lagi, dengan pimpinan dan kuasa Roh Kudus,
kita dapat berpusat pada perkara-perkara rohani dan hidup menurut
pengajaran Tuhan (Mat. 6:19-20; Kol. 3:1-4). Rasul Paulus memberikan
kita teladan yang baik, karena dia mengizinkan Roh Kudus membakar
dengan hebat dalam hatinya untuk membuang semua keinginan dan
ambisi pribadinya. Roh dari api di dalam dirinya mengobarkan hasrat
yang besar untuk senantiasa bersama dengan Yesus (2Kor. 5:1-8; Flp.
1:23) dan menganggap segala sesuatu sebagai kerugian, dibandingkan
dengan anugerah karena mengenal Dia (Flp. 3:7-8).

    Sejak zaman Perjanjian Lama, kuasa Roh Kudus untuk
menumbuhkan rasa tidak mementingkan diri selalu dipelajari sebagai
pelajaran rohani. Dalam peperangannya melawan orang Midian,
Gideon memenangkan perang melawan musuh-musuhnya dengan
memecahkan buyung untuk menyingkapkan cahaya dari suluh yang
ada di dalam (Hak. 7:16-23). Tindakan simbolis ini mengajarkan
kita tentang kekuatan tersembunyi pada kehadiran Roh Allah. Hanya
apabila kita menunjukkan kerelaan untuk membuang “ke-aku-an” kita,
maka terang dan kemuliaan Yesus dapat dinyatakan di dalam diri kita
(2Kor. 4:10).

    Roh yang membakar juga memberi kita kuasa untuk memberitakan
injil dengan semangat keberanian. Contohnya, Roh Kudus memberi
kuasa kepada murid-murid pada hari Pentakosata (Yoh. 20:19; Kis.
4:31). Umat Kristen di masa awal bahkan memberitakan injil dengan
begitu berani sehingga mereka disebutkan sebagai “orang-orang yang
telah mengacaukan seluruh dunia” (Kis. 17:6). Semangat penginjilan
Allah juga membakar dalam diri Nabi Yeremia, yang tidak dapat
menahan diri untuk berbicara dalam nama Tuhan (Yer. 20:9; ref. Mzm.
39:3; Ayb. 32:17-22). Kita berdoa agar Tuhan memberikan gereja sejati
hari ini roh membakar yang sama.

Tiang awan dan tiang api

    Alkitab menuliskan, “TUHAN berjalan di depan mereka, pada
siang hari dalam tiang awan untuk menuntun mereka di jalan, dan
pada waktu malam dalam tiang api untuk menerangi mereka, sehingga
mereka dapat berjalan siang dan malam. Dengan tidak beralih tiang
awan itu tetap ada pada siang hari dan tiang api pada waktu malam
di depan bangsa itu” (Kel. 13:21-22). Tiang awan dan tiang api, yang
memimpin umat pilihan, melambangkan Roh Kudus.

    Setelah keluar dari Mesir, orang Israel menempuh perjalanan
selama empat puluh tahun lamanya di padang gurun. Perjalanan itu
tentu terlihat seakan tidak pernah berakhir. Tanpa pedoman untuk
memimpin jalan mereka sepanjang siang atau cahaya yang cukup
terang untuk memimpin mereka pada malam hari, mustahil bagi
mereka untuk menemukan jalan yang benar ke tanah perjanjian.
Namun Allah menyediakan tiang awan pada waktu siang dan tiang
api pada waktu malam untuk menuntun mereka. Bila kita membaca
membaca teks Perjanjian Lama, kelihatannya ada dua tiang yang
berbeda. Namun sesungguhnya hanya ada satu tiang, yang mempunyai
dua bentuk berbeda. Tiang itu tidak pernah meninggalkan umat Allah
dan senantiasa bertindak sebagai penuntun, memimpin mereka masuk
ke Kanaan dengan selamat.

    Allah menyediakan tiang api untuk memberikan tuntunan dan
cahaya bagi bangsa Israel, sehingga mereka dapat melanjutkan
perjalanan mereka pada waktu malam (Kel. 40:38). Sekarang, mungkin
kadang-kadang kita merasa tersesat dalam perjalanan hidup, tetapi
kita tidak boleh lupa bahwa Roh Allah adalah Penuntun dan Penolong
yang maha hadir. Dia sama seperti cahaya api, yang menuntun kita,
walaupun dunia ada dalam kegelapan. Kita dapat merasa yakin bahwa
pada akhirnya Tuhan akan memimpin kita ke Kanaan rohani, yang
adalah rumah surgawi kita.

    Berkaitan dengan keluarnya bangsa Israel dari Mesir, Alkitab
menuliskan hal ini: “Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang
tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang
mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di
belakang mereka. Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang
Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan
kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat
mendekati yang lain, semalam-malaman itu” (Kel. 14:19-20).

    Ketika tentara Mesir mengejar bangsa Israel, tiang awan bergerak
memisahkan umat Allah dan bangsa Mesir, dan melingkupi bangsa
Mesir dengan awan kegelapan. Herannya, tiang awan bersinar terang
bagi bangsa Israel (ref. 1Tes. 5:4).

    Peristiwa ini kaya akan pengajaran rohani. Dia mengajarkan
kita bahwa Roh Kudus dapat membuka dan menutup mata rohani
seseorang. Bagi bangsa Mesir, Roh Kudus memberikan kegelapan.
Demikian juga, bagi orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan,
atau yang mengeraskan hati, Tuhan mungkin menutup mata mereka
seterusnya dalam kegelapan rohani (ref. Rm. 1:28; Ef. 4:18; 2Tes.
2:11). Bagi kita yang percaya, kita harus berusaha menjadi “anakanak
terang” dengan berjalan di bawah pimpinan dan perlindungan
Tuhan (1Tes. 5:5). Tuhan Yesus pernah berkata, “Akulah terang dunia;
barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan
melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh. 8:12). Roh Kudus
adalah Roh Tuhan (2Kor. 3:17), dan orang-orang yang percaya kepada-
Nya harus berusaha keras untuk mengikuti pimpinan Roh-Nya. Kita
tidak boleh lagi berjalan dalam kegelapan rohani, karena, sama seperti
bangsa Israel, kita telah dianugerahi terang Roh Allah.

    Tiang awan dan tiang api bukan hanya memimpin bangsa Israel
melalui padang gurun, tetapi juga dipakai sebagai perisai untuk
melindungi mereka dari musuh-musuh mereka pada saat bahaya. Jadi
kita jangan melupakan anugerah yang telah Tuhan berikan kepada kita
ketika Dia mencurahkan Roh-Nya untuk tinggal di dalam diri kita. Roh
Kudus bukan hanya menuntun dan memimpin kita dalam menjalani
hidup, tetapi Dia juga melindungi kita dari kematian rohani. Ketika
kita dicobai untuk jatuh ke dalam dosa, atau untuk meninggalkan jalan
yang benar, Dia memanggil kita kembali. Oleh karena itu, telinga kita
harus peka dengan panggilan-Nya – untuk mendengarkan, dan tidak
menolak panggilan-Nya.

    Rasul Paulus juga menulis tentang tiang awan dan tiang api:
“Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek
moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa
mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa
mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut” (1Kor.
10:1-2). Dari sini kita mengetahui bahwa bangsa Israel menyeberangi
Laut Merah dan perjalanan mereka di bawah tiang awan dan tiang api
menggambarkan baptisan air dan baptisan Roh Kudus.



















No comments:

Post a Comment