Monday, 21 April 2014

Lambang Roh Kudus-3

Terang

    Seperti telah disebut sebelumnya, Roh Kudus dilambangkan
dengan api. Api memancarkan terang, jadi terang juga melambangkan
Roh Kudus. Ketika Asaf menulis mazmur untuk mengingatkan umat
Allah tentang pembebasan mereka dari Mesir, dia menulis, “Dituntun-
Nya mereka dengan awan pada waktu siang, dan semalam suntuk
dengan terang api” (Mzm. 78:14).

    Yesus berkata, “Allah adalah Roh” (Yoh. 4:24), dan Yakobus pernah
menyebut Allah sebagai “Bapa terang” (Yak. 1:17). Jadi Allah, yang
adalah Roh, adalah sumber terang kita. Dia adalah terang sejati yang
bersinar untuk memimpin semua orang yang dengan tekun dan tulus
mencari Dia.

    Terang mempunyai banyak sifat, yang bila dipelajari, membantu
kita mengerti mengapa Alkitab menggunakan terang untuk
melambangkan Roh Kudus:

• Terang menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam
   gelap (Yoh. 3:20; Ef. 5:13). Demikian juga, Roh Kudus
   menyingkapkan kegelapan dalam jiwa kita. Kenyataan
   ini digambarkan dalam contoh dua orang Kristen pada
   gereja mula-mula: Ananias dan Safira, yang ketahuan
   telah mendustai Roh Kudus. Mereka mengalami akhir
   yang tragis setelah tipu daya mereka disingkapkan (Kis.
   5:1-16). Peristiwa ini mengingatkan kita pada perkataan
   Salomo: “Karena Allah akan membawa setiap perbuatan
   ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang
   tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat” (Pkh. 12:14;
   ref Luk. 12:2).

• Terang melambangkan kebaikan. Bila terang bersinar dalam
   kegelapan, kegelapan tidak dapat menguasainya (Yoh. 1:5).
   Terang mempunyai kuasa untuk menghalau kegelapan.
   Oleh karena itu kejahatan tidak dapat menerima terang Roh
   Allah (Yoh. 14:17); sebaliknya, Roh Kudus memencarkan
   kegelapan. Maka selanjutnya, di mana ada kejahatan, Roh
   Kudus tidak akan ada di sana. Karena alasan inilah kita
   harus hidup kudus dan saleh jika kita menginginkan Roh
   Allah terus memenuhi hati dan hidup kita.

• Matahari adalah sumber cahaya alami kita. Matahari tidak
  membeda-bedakan siapa pun, tetapi sinar kehangatannya
  sama kepada setiap orang (Mat. 5:45). Demikian juga, Roh
  Kudus menerangi semua orang dengan indah. Sama seperti
  matahari, Roh Kudus memberikan kita kehangatan rohani
  dan kehidupan dan mengeluarkan kita dari bayang-bayang
  kegelapan dan maut (ref. Mat. 4:16; Luk. 1:78-79).

Pedang

    Kitab Kejadian memberikan kita referensi paling awal tentang
pedang sebagai lambang bagi Roh Kudus: “Berfirmanlah TUHAN Allah:
"Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita,
tahu tentang yang baik dan yang jahat; maka sekarang jangan sampai
ia mengulurkan tangannya dan mengambil pula dari buah pohon
kehidupan itu dan memakannya, sehingga ia hidup untuk selama-
lamanya." Lalu TUHAN Allah mengusir dia dari taman Eden supaya ia
mengusahakan tanah dari mana ia diambil. Ia menghalau manusia itu
dan di sebelah timur taman Eden ditempatkan-Nyala beberapa kerub
dengan pedang yang bernyala-nyala dan menyambar-nyambar, untuk
menjaga jalan ke pohon kehidupan” (Kej. 3:22-24).

    Setelah Adam dan Hawa jatuh dari kasih karunia Allah, mereka
diusir dari Taman Eden dan dijauhkan dari pohon kehidupan. Akibatnya,
seluruh umat manusia kehilangan anugerah kehidupan kekal, karena
Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa bahwa mereka akan mati
jika memakan buah terlarang dari pohon pengetahuan tentang yang
baik dan jahat (Kej. 2:17). Untuk menjaga manusia agar tidak kembali
ke Taman Eden, Allah menempatkan kerub dan pedang yang bernyalanyala
untuk menjaga taman itu.

    Taman Eden yang jasmani melambangkan Taman Eden surgawi.
Sama seperti Eden jasmani, Taman Eden di surga juga mempunyai
pohon kehidupan (Why. 22:14). Sejak kejatuhan umat manusia sampai
datangnya keselamatan Allah. Dia telah memeteraikan jalan menuju
pohon kehidupan dengan pedang. Tidak seorang pun dapat masuk
ke dalam taman itu, dan tidak seorang pun dapat menemukan jalan
menuju hidup kekal, karena dosa tidak memungkinkan manusia
mendapatkannya. Tetapi Tuhan kita Yesus Kristus, melalui kematian-
Nya di kayu salib, membuka kembali jalan ini (Mat. 27:50-51; Ibr.
10:19-20). Oleh karena itu, Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak seorang pun sampai kepada Bapa jika tidak melalui
Aku” (Yoh. 14:6; 10:9). Dia adalah satu-satunya jalan yang karenanya
kita dapat menerima keselamatan dan kehidupan kekal.

    Pedang yang bernyala-nyala di pintu masuk Taman Eden, yang
melambangkan Roh Kudus, mempunyai kekuatan untuk membunuh
dan memusnahkan. Siapa pun yang ingin masuk untuk memperoleh
kehidupan kekal, ia harus terlebih dahulu menghadapi kematian.
Paulus mengajarkan kita bahwa kita semua harus mati dan dikubur
bersama Kristus melalui baptisan air (Rm. 6:3) karena, hanya apabila
tubuh kita yang penuh dosa ini hancur, barulah kita dapat memperoleh
kehidupan kekal di dalam Tuhan (Rm. 6:6, 19, 23). Setelah itu kita
harus menerima baptisan Roh Kudus untuk mematikan perbuatanperbuatan
tubuh kita, dan kita dapat hidup (Rm. 8:13; Gal. 5:16).

    Jadi, pedang yang bernyala-nyala, yang pernah menutup jalan
menuju kehidupan kekal, tidak menandakan bahwa kita ditakdirkan
untuk hidup dalam keputusasaan. Tetapi dia telah membuka kembali
jalan menuju keselamatan untuk kita. Dia menyatakan dua kebenaran
bahwa manusia harus mati melalui baptisan air dan dilahirkan
kembali melalui Roh Kudus Allah. Hanya dengan begitu, kita baru
dapat masuk ke dalam kerajaan Allah dan menerima kehidupan kekal
(Yoh. 3:4;Tit. 3:5). Dan dari Alkitab, kita tahu bahwa Roh Kudus bekerja
dalam baptisan air dan baptisan Roh (Yoh. 3:5; 1Kor. 6:11; 12:13).
Karena alasan ini, Rasul Paulus memberitahukan jemaat di Galatia
bahwa mereka telah “memulai dalam Roh” (Gal. 3:3). Demikian juga,
perjalanan kita kembali menuju kehidupan kekal dimulai dengan Roh
Kudus. Selain melalui Dia, tidak ada jalan lain untuk kembali ke Taman
Eden.

    Rasul Paulus memberikan kita pengetahuan lebih lanjut mengenai
hubungan antara pedang dan Roh Kudus dalam suratnya kepada jemaat
di Efesus. Paulus menulis: “Pedang Roh, yaitu firman Allah” (Ef. 6:17).
Perkataannya memberitahu kita bahwa:

• Pedang melambangkan Roh Kudus.

• Sebagai senjata, Roh Kudus memberikan kita kemampuan
  untuk menghancurkan keinginan daging kita, dan
  mengalahkan kuasa-kuasa kegelapan (ref. Ef. 6:12).

• Pedang Roh adalah firman Allah. Hanya bila kita
  diperlengkapi dengan pedang, maka kita dapat mempunyai
  keberanian untuk maju berperang dalam peperangan
  rohani kita melawan kuasa-kuasa kegelapan.

    Pedang Roh Allah mempunyai kekuatan. Alkitab berkata, “Sebab
firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata
dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan
roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita” (Ibr. 4:12). Firman Allah, sama seperti pedang
yang tajam, dapat menembus hati kita, menyelidiki pikiran dan motif
kita. Sayangnya, Ananias dan Safira mengira mereka dapat mencobai
Roh Kudus, dan membayar kesalahan itu dengan nyawa mereka (Kis.
5:3; 9-10). Kita harus belajar dari kesalahan mereka; daripada menguji
seberapa jauh kita dapat mendesak Roh Kudus dengan hidup tidak
benar, kita harus bersandar pada Roh Kudus sebagai sumber kekuatan
rohani kita. Dengan pedang Roh, kita dapat membuang keinginan jahat
kita dan juga memberitakan Firman Allah kepada semua orang yang
memerlukannya.

Angin

    Kata Ibrani untuk “angin” adalah ruah. Istilah ini sering
diterjemahkan sebagai “roh”, “napas” dan “udara”. Kata Yunaninya
adalah pneuma dan artinya “angin”, “roh” dan “nafas”3. Dalam tiga
kesempatan, Alkitab menggunakan “angin” untuk melambangkan Roh
Kudus: 1)Yeh. 37:5-10; 2) Yoh. 3:8; 3)Kis. 2:2.

    Ayat alkitab pertama berbunyi, “Maka firman-Nya kepadaku:
"Bernubuatlah kepada nafas hidup itu, bernubuatlah, hai anak
manusia, dan katakanlah kepada nafas hidup itu: Beginilah firman
Tuhan ALLAH: Hai nafas hidup, datanglah dari keempat penjuru angin,
dan berembuslah ke dalam orang-orang yang terbunuh ini, supaya
mereka hidup kembali." Lalu aku bernubuat seperti diperintahkan-
Nya kepadaku. Dan nafas hidup itu masuk di dalam mereka, sehingga
mereka hidup kembali. Mereka menjejakkan kakinya, suatu tentara
yang sangat besar” (Yeh 37:9-10).

    Ayat dari Yehezkiel ini adalah salah satu ayat Perjanjian Lama yang
penting, ketika angin digunakan sebagai lambang bagi Roh Kudus. Ayat
ini menyampaikan penglihatan Nabi Yehezkiel tentang bangkitnya
kuasa Roh Kudus. Jika kita membaca ayat ini dalam konteksnya, kita
akan menemukan ayat berikutnya yang menjelaskan pesan Yehezkiel
ini. Dalam Yehezkiel 37:14, Tuhan berkata, “Aku akan memberikan
Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali.” Dari sini kita
melihat bahwa Roh Kudus memberikan kehidupan. Berhubungan
dengan bangkitnya kuasa Roh ini, Rasul Paulus berkata, “Dan jika Roh
Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di
dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari
antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu
oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu” (Rm. 8:11).

    Pada ayat kedua, Yesus mengajarkan, “Angin [atau Roh] bertiup
ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak
tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya
dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh. 3:8). Yesus berbicara
tentang Roh Kudus sebagai angin, yang bertiup ke mana dia mau dan
tidak dapat dikekang. Dia juga memenuhi bumi sebagai kekuatan yang
tidak dapat dilihat dan diraba. Dari perkataan Yesus, kita belajar bahwa
sifat angin menyatakan sifat rohani Roh Kudus.

    Pada ayat ketiga, angin sebagai lambang dari Roh Kudus, dengan
penuh kekuatan diwujudkan pada hari Pentakosta, ketika Roh Kudus
dicurahkan kepada murid-murid Yesus. Kisah Para Rasul pasal 2
menggambarkan peristiwa ini: “Tiba-tiba turunlah dari langit suatu
bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di
mana mereka duduk” (Kis. 2:2, 4).

Tujuh mata

    Kitab-kitab nubuat dalam Alkitab kadang-kadang menggunakan
perlambangan “tujuh mata” untuk menjelaskan Roh Allah:

Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua— satu  permata yang bermata tujuh.
Zakharia 3:9

Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi.
Zakharia 4:10

Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Wahyu 5:6
Angka “tujuh” adalah lambang kelengkapan atau kesempurnaan;
sementara “mata” melambangkan hikmat. Jadi tujuh mata pada ayat
di atas mewakili kesempurnaan dan hikmat rohani Allah. Tujuh
mata juga melambangkan sifat Roh Kudus yang maha melihat, yaitu
kemahatahuan-Nya. Dia menyelidiki hal-hal terdalam dari Allah (1Kor.
2:10), dapat merasakan pekerjaan setan (Kis. 16:16-18), dan melihat
sampai ke hati kita yang paling dalam (Kis. 5:1-11). Allah mengawasi
orang yang baik dan yang jahat (Ams. 15:3); tidak ada yang tersembunyi
dari pandangan-Nya. Mengetahui hal ini, kita harus berusaha untuk
hidup kudus, murni dan benar.













No comments:

Post a Comment