Monday, 21 April 2014

Lambang Roh Kudus-1

Alkitab menggunakan empat belas lambang dan atau model berbeda untuk menggambarkan karakter Roh Kudus dan pekerjaan-Nya.

Burung Merpati


    Burung merpati mempunyai tradisi panjang Kekristenan dalam perlambangan Roh Kudus. Ini disebabkan karena merpati mempunyai banyak sifat yang menggambarkan Roh Allah.

    Burung merpati adalah mahluk monogami, yang hanya mempunyai satu pasangan sepanjang hidup mereka. Begitu terkenalnya kesetiaan mereka, sehingga Raja Salomo menggunakan burung merpati untuk melambangkan mempelai wanita yang ideal dalam Kidung Agung (Kid. 5:2; 6:9). Sama seperti burung merpati, Roh Kudus mengasihi dengan setia, dengan sabar menanti orang-orang percaya yang tersesat untuk kembali kepada-Nya. Berbicara secara rohani, bila kita berjalan menjauhi Tuhan, kita bersalah karena tidak setia karena membuat Roh berduka (Ef. 4:30) dan menginginkan kita dengan perasaan cemburu (Yak. 4:4-5; 2Kor. 11:2).

    Ciri lain dari burung merpati adalah hubungan mereka yang dekat dan khusus dengan rumah mereka. Bahkan setelah terbang jauh, mereka selalu menemukan jalan pulang (Yes. 60:8). Alkitab memberitahukan kita bahwa gereja adalah keluarga Allah (1Tim. 3:15; Ef. 2:19-22; 1Kor. 3:16), yaitu tempat berdiamnya Roh Kudus. Jika kita dipimpin oleh Roh Allah, walaupun kita mungkin tersandung dalam perjalanan kerohanian kita, tetapi kita akan selalu menemukan jalan pulang ke rumah Tuhan.

    Burung merpati juga melambangkan damai. Ketika kita mengizinkan Roh Kudus menjadi Pendamai kita, kita akan hidup damai dengan Tuhan dan sesama (Yoh. 16:7; 1Yoh. 2:1; Ef. 2:14-18). Rasul Paulus mengajarkan kita bahwa damai sejahtera merupakan ciri dari buah Roh Kudus (Gal. 5:22).

    Burung merpati adalah mahluk yang lemah lembut dan melambangkan kelemahlembutan Roh Kudus (Mat. 10:16). Paulus memberitahukan kita bahwa kelemahlembutan merupakan bagian lain dari buah Roh Kudus (Gal. 5:23). Jadi, bila kita dipenuhi Roh Allah, kita dapat mempunyai sifat ini, seperti Yesus (Mat. 11:29).

    Burung merpati juga melambangkan kemurnian dan kesucian. Itulah sebabnya Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menjadi tulus seperti burung merpati (Mat. 10:16). Dalam Alkitab, burung merpati digunakan sebagai pembawa berita (Kej. 8:8-11). Demikian juga, Roh Kudus memberi kesaksian
tentang Yesus Kristus (Yoh. 15:26) dan membawa kabar baik-Nya kepada umat manusia.

    Dalam Perjanjian Lama, burung merpati dianggap hewan yang kudus yang dapat dipakai sebagai korban bakaran (Im. 1:14). Mereka dipisahkan dari burung-burung yang tidak kudus seperti burung
gagak. Kita melihat perbedaan antara burung merpati dan burung gagak digambarkan dalam catatan peristiwa air bah pada zaman Nuh. Sebelum air bah surut, kemungkinan bumi penuh dengan mayat-mayat manusia dan hewan. Alkitab mencatat bahwa Nuh mengutus seekor burung gagak untuk memeriksa apakah air telah surut, tetapi dia tidak kembali (Kej. 8:7). Kita tahu bahwa burung gagak mempunyai kecenderungan memakan bangkai, karena itu kita dapat menduga mengapa si burung gagak tidak kembali. Burung jenis ini dianggap tidak kudus karena alasan yang masuk akal (Im. 11:13, 15). Sebaliknya, burung merpati, yang juga diutus Nuh, tidak dapat menemukan tempat yang kering untuk tinggal dan kembali ke bahtera (Kej. 8:8-9).

    Pesan yang didapat dari kejadian di atas adalah, sama seperti burung merpati, Roh Kudus itu suci dan murni, dan tidak akan datang kepada orang yang tidak kudus, yang bercabang hati dan penuh dengan
keinginan daging. Jika kita tidak hidup kudus, seperti ketika Roh Kudus tidak dapat menemukan “tempat yang kering” dalam hati kita, Ia tidak akan membangun rumah-Nya di dalam diri kita (Yak. 4:8).

    Alkitab mencatat Nuh mengutus burung merpati sebanyak tiga kali untuk memeriksa apakah air bah telah surut (Kej. 8:8-12). Kejadian ini menubuatkan pola hubungan Roh Kudus dengan umat manusia.
Ketika burung merpati diutus untuk pertama kali, ia kembali karena air bah belum surut: peristiwa ini menggambarkan periode Perjanjian Lama ketika Roh Kudus belum turun (Yoh. 7:39). Yang kedua kali,
burung merpati itu kembali dengan sehelai daun zaitun segar yang baru saja dipetik: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada gereja mula-mula, yang dimulai pada hari Pentakosta, tetapi kemudian
berhenti (yaitu, masa hujan awal di musim gugur; Ul. 11:14; Yl. 2:23; ref. Mzm. 52:8; Yer. 11:16; Rm. 11:17). Ketigakalinya, burung merpati tidak kembali: ini menggambarkan pencurahan Roh Kudus pada hari-hari terakhir (yaitu, masa hujan akhir musim semi; Ul. 11:14; Yl. 2:23). Alkitab memberitahukan kita, bahwa pada masa hujan akhir, Roh Kudus akan tinggal di dalam gereja sejati Allah sampai Tuhan datang kembali untuk memusnahkan dunia, kali ini dengan api (yaitu, masa musim panas; ref Mat. 24:32).

Embun


    Lambang kedua Roh Kudus adalah embun. Sama seperti embun, Roh Kudus memberikan kita kepenuhan anugerah Tuhan. Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya yang berharga untuk memenuhi dan
menghibur hati kita, walaupun kita kadang-kadang tidak setia kepada- Nya dan mengkhianati kasih-Nya. Dia juga senantiasa memberikan anugerah-Nya kepada ciptaan-Nya, dengan kasih dan setia, hari demi
hari (Ams. 19:12; Hos. 14:5).

    Alkitab menyamakan hati manusia seperti sebidang ladang (Mat. 13:1-9, 18-23). Tanpa kelembaban yang cukup, tanah akan menjadi tandus dan tidak berguna (Yer. 4:3). Embun, yang melembabkan tanah,
melambangkan pembaruan yang dilakukan Roh Kudus setiap hari (ref. 2Kor. 4:13-16; Ibr. 6:7; Tit. 3:5). Ketika Roh Kudus masuk ke dalam hati kita, tanah tandus akan berubah menjadi ladang yang subur, dan roh manusia yang letih lesu mendapatkan pembaruan hidup (Yes. 26:19).

    Sepanjang siang yang panas, kelembaban terjadi karena penguapan, dan kemudian menghasilkan embun pada malam hari yang dingin. Tanaman menjadi terpelihara, sehingga memungkinkan mereka bertumbuh dan bertahan pada siang hari. Semakin panas suhu udara di siang hari, maka semakin banyak embun yang dihasilkan pada malam hari. Hal itu mengingatkan kita tentang peran Roh Kudus saat membantu gereja mula-mula: semakin besar penganiayaan yang dihadapinya, semakin besar Roh Kudus memenuhi gereja (Kis. 5:40-41; 7:54-60; 13:50-52). Pada saat-saat paling sulit, murid-murid dipenuhi
Roh Kudus dan sukacita untuk mengatasi penderitaan dan kesusahan. Roh Kudus membantu mereka mengangkat tangan yang lemah, menguatkan lutut yang goyah, dan menguatkan mereka sepanjang perjalanan rohani menuju kerajaan kekal Allah (Ibr. 12:12).

    Embun juga melambangkan keindahan, yang terlihat ketika matahari pagi menerangi tanah. Seperti beribu-ribu berlian, embun memantulkan keagungan sinar matahari dengan melepaskan kilauan cahaya. Walaupun kita tidak tidak dapat memperbandingkan nilai Roh Kudus dengan harta duniawi apapun, Alkitab melukiskan gambaran simbolis yang beragam untuk menyampaikan sifat Roh dan kemuliaan
Allah (Mat. 13:43; Why. 21:10).

Hujan

    Roh Kudus juga dilambangkan dengan hujan. Hujan mewakili kebenaran Allah dan kasih-Nya yang berlimpah (Hos. 10:12; Mat. 5:45). Alkitab berkata bahwa Dia mencurahkan hujan baik untuk orang benar maupun tidak benar (Mat. 5:45). Demikian juga, Dia mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada semua orang, baik bangsa Yahudi maupun bangsa-bangsa lain (Kis. 11:15-18; Hos. 6:3).

    Setelah musim kering, ladang-ladang terbuka seringkali menjadi kering dan tandus. Hanya dengan kelembaban yang cukup dari embun dan hujan, barulah mereka dapat menghasilkan (Im. 26:4). Curahan
hujan melunakkan tanah itu agar siap ditanam (Mzm. 65:10) dan memungkinkan benih berakar dan bertunas. Hati manusia dapat diumpamakan seperti ladang yang kering dan keras: sebelum benih kebenaran dapat berakar dan tumbuh dalam hati kita, kita memerlukan curahan Roh Kudus untuk mengubah hati kita yang keras menjadi hati yang lembut (Mk 4:14). Yang penting, kita harus belajar untuk tunduk pada kehendak Tuhan (Yeh. 36:26-27; Yak. 1:21) dan dipenuhi dengan Roh-Nya, sehingga kita dapat menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23; Ef. 5:9).

    Di Palestina kuno, dua musim hujan yang utama ada di musim gugur dan musim semi (Ul. 11:14; Yer. 5:24; Yak. 5:7). Hujan musim gugur jatuh sebelum musim tanam, sementara hujan musim semi
jatuh sebelum menuai. Sama seperti hujan musim gugur dan hujan musim semi di Palestina, Roh Kudus dicurahkan dalam dua masa yang berbeda. Kita menyebut pencurahan Roh Kudus yang pertama sebagai
hujan musim gugur atau hujan awal. Masa hujan awal ini dimulai dengan turunnya Roh Kudus yang pertama kali pada hari Pentakosta, yang menandai awal dari gereja mula-mula (Kis. 2:1-4, 41). Kita menyebut pencurahan Roh Kudus yang kedua sebagai hujan musim semi atau hujan akhir, yang dianugerahkan Allah pada gereja sejati diakhir zaman (Mal. 4:5; Why. 7:2-3; Ef. 1:13).

Air

Sebab Aku akan mencurahkan air ke atas tanah yang haus, dan hujanlebat ke atas tempat yang kering. Aku akan mencurahkan Roh-Ku keatas keturunanmu, dan berkat-Ku ke atas anak cucumu.
Yesaya 44:3

Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal."
Yohanes 4:13-14


Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." Yang dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepada-Nya.

Yohanes 7:37-39


    Air, termasuk dalam wujudnya sebagai embun dan hujan, adalah lambang Alkitab yang paling sering digunakan untuk melambangkan Roh Kudus. Ketiga ayat di atas menggunakan perlambangan ini. Mereka semua menguraikan kemampuan Roh untuk melegakan kehausan rohani seseorang.

    Di Rafidim, orang Israel bersungut-sungut kepada Musa karena mereka tidak mempunyai air minum. Maka Allah menyuruh Musa memukul batu dengan tongkatnya. Setelah Musa berbuat demikian, air
keluar dari batu tersebut, dan semua orang mendapatkan minum (Kel. 17:1-6). Peristiwa yang dicatat dalam Perjanjian Lama ini, mungkin adalah penggunaan lambang air yang pertama untuk melambangkan
Roh Kudus. Rasul Paulus menjelaskan manfaat rohaninya dengan berkata, “Dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka,
dan batu karang itu ialah Kristus” (1Kor. 10:4). Sama seperti air dari batu di Rafidim yang memberikan hidup dan sukacita kepada orang Israel, demikian juga sekarang, Tuhan Yesus Kristus mencurahkan Roh Kudus-Nya, seperti sungai, memberikan kita kehidupan dan sukacita

    Dengan melihat sifat air dan apa yang diwakilinya, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani yang berlimpah tentang sifat Roh Kudus.

    Air adalah alat untuk membersihkan (Ibr. 10:22). Piring dan perabot yang kotor dapat dicuci bersih dengan air (Im. 11:32). Dalam Perjanjian Lama, air sering digunakan dalam upacara pentahiran (Kel.
29:4; Bil. 8:7). Sekarang pada masa Perjanjian Baru, Roh Kudus juga membersihkan kita dari kehidupan yang berdosa. Dia tinggal dalam hati kita, menguduskan kita, sampai pekerjaan keselamatan Tuhan

digenapi (Rm. 15:16; 2Tes. 2:13).

    Sama seperti air memelihara kehidupan segala yang bernapas, demikian juga Roh Kudus memelihara kehidupan rohani kita dalam Kristus. Jika kita dipenuhi Roh Kudus, kita dapat mempunyai kehidupan yang berlimpah, mengalahkan dosa dan menghasilkan buah Roh Kudus (Why. 22:1-2, 17; Yoh. 10:10; Rm. 8:2; Gal. 5:22-23). Orang Kristen yang dipenuhi Roh akan dapat merasakan damai sejahtera dan
sukacita yang Dia berikan, walaupun ia ada dalam penderitaan (Rm. 14:17; 1Tes. 1:6). Walaupun kita mempunyai kelemahan-kelemahan dan menghadapi pencobaan-pencobaan kehidupan, melalui kuasa Roh
Kudus, kita dapat memelihara pengharapan kita dalam Kristus (Rm. 15:13).

Sungai

    Yehezkiel 47:1-12 mencatat bagaimana Roh Allah menuntun Nabi Yehezkiel ke pintu bait Allah. Di sana dia mendapat penglihatan tentang air yang mengalir dari bawah ambang bait, menuju ke arah timur. Ketika penglihatan Yehezkiel berlanjut, air yang naik semakin lama semakin tinggi. Ayat 6-12 menggambarkan berbagai fungsi air. Bait Allah melambangkan Tuhan Yesus Kristus (Yoh. 2:21), sementara air yang keluar dari bait tersebut melambangkan Roh Kudus yang diutus-Nya (Yoh. 7:37-39; 16:7). Dengan mempelajari Yehezkiel 47:1- 12, kita dapat memperoleh pengetahuan rohani melalui perlambangan sungai.

    Yehezkiel berkata, “Sungai ini mengalir menuju wilayah timur, dan menurun ke Araba-Yordan” (Yeh. 47:8). Dalam bahasa Ibrani, Arabah berarti padang gurun dan lambang hati manusia, yang seringkali kosong dan tandus (Yer. 4:3-4). Hati manusia memerlukan Roh Kudus untuk memeliharanya.
“Ketika [air dari bait itu] mencapai laut [Laut Mati], airnya menjadi sembuh” (Yeh. 47:8 versi New King James). Penglihatan Yehezkiel tentang air yang masuk ke Laut Mati melambangkan penderitaan dan
kekosongan yang seringkali membebani hati kita. Tetapi ketika Roh Kudus mengalir seperti sungai ke dalam hati kita, maka kita dapat disembuhkan dan disegarkan (Mat. 11:28; Yoh. 16:33; 4:14).

    “Sehingga ke mana saja sungai itu mengalir, segala makhluk hidup yang berkeriapan di sana akan hidup” (Yeh. 47:9a). Sungai memberikan hidup kepada semua yang dilewatinya. Demikian juga, ketika kita dipenuhi Roh Kudus, Dia akan memberikan kita kehidupan rohani yang dinamis. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan bagaimana kita hidup: kita harus senantiasa mengejar kepenuhan Roh Kudus
sehingga kita dapat mengalahkan kedagingan dan keinginannya (Rm. 8:2; Gal. 2:20; 6:14; Flp. 3:8).

     “Ikan-ikan akan menjadi sangat banyak, sebab ke mana saja air itu sampai, air laut di situ menjadi tawar dan ke mana saja sungai itu mengalir, semuanya di sana hidup” (Yeh. 47:9b). Sama seperti ikan di dalam sungai yang bergantung pada air untuk hidup, kehidupan rohani orang Kristen juga bergantung pada Roh Kudus. Alkitab memberitahukan kita bahwa setiap ranting yang terpisah dari pokok anggur yang benar akan menjadi kering dan mati (Yoh. 15:5-6). Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga dan tidak meninggalkan Roh Kudus, atau kita akan kehilangan hidup baru yang telah Tuhan berikan kepada kita (Rm. 8:6).

    “Maka penangkap-penangkap ikan penuh sepanjang tepinya mulai dari En-Gedi sampai En-Eglaim; daerah itu menjadi penjemuran pukat dan di sungai itu ada berjenis-jenis ikan, seperti ikan-ikan di laut besar, sangat banyak” (Yeh. 47:10). Alkitab mengajarkan kita bahwa “menangkap ikan” mengandung arti mengabarkan injil keselamatan, sementara “penangkap ikan” adalah orang-orang yang memberitakannya (Mat. 4:19). Dengan cara ini, kita mengerti bahwa perkataan Yehezkiel “ikan-ikan itu…sangat banyak”, menggambarkan terbukanya pintu keselamatan untuk banyak orang (Gal. 3:28). Nubuat ini telah digenapi pada gereja rasul-rasul, dimulai dari hari Pentakosta, ketika Roh Kudus memberi kuasa kepada para rasul untuk memberitakan firman Tuhan kepada semua orang dari segala bangsa. Sekarang, kuasa yang sama diberikan kepada gereja sejati oleh Roh Kudus hujan akhir.

    “Tetapi rawa-rawanya dan paya-payanya tidak menjadi tawar, itu menjadi tempat mengambil garam” (Yeh. 47:11). Di sini, rawa-rawa dan paya-paya mengilustrasikan orang-orang yang tersesat dalam pengejaran akan hal-hal duniawi dan kepuasan akan keinginan daging mereka. Mereka tidak mau bertobat, dan menolak anugerah keselamatan Allah (Luk. 12:16-21; 16:19; Mat. 22:1-7), sehingga tidak
layak menerima hidup baru (Yoh. 3:19-20; 14:17) dan pemulihan rohani (Gal. 5:16-17; 2Tim. 3:6-7).

    “Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan, yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu. Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi obat” (Yeh. 47:12). Di sini, “pohon” melambangkan orang-orang percaya (Yes. 5:7), sementara “buah-buah” adalah pekerjaan-pekerjaan mereka yang dilakukan dengan baik (Luk. 13:6-9). Orang percaya yang dipenuhi oleh Roh Kudus dapat hidup berkelimpahan dan menghasilkan buah Roh (Gal. 5:22-23; Ef. 5:9; Flp. 1:11; Why. 22:1-2). Selain itu, Roh Kudus memberi mereka kuasa untuk melakukan mujizat, yang meneguhkan injil yang telah dipercayakan kepada mereka untuk diberitakan (Mrk. 16:20; Ibr. 2:4).

    Dalam Yeh 47:2-5, Yehezkiel melihat air dari Bait Allah muncul semakin lama semakin tinggi, dari semata kaki, sampai menjadi sungai yang tidak dapat diseberangi. Air yang meninggi ini melambangkan
Roh Kudus yang bertambah dalam dan kuat, yang dinyatakan ketika kita memasuki kedalaman Roh Kudus. Dari tingkat air yang meninggi ini, kita mempelajari pelajaran penting yang lain: pekerjaan Roh akan semakin bertumbuh pesat dan penuh kuasa untuk membangun Bait Allah di akhir zaman
(Hag. 2:9).




















































No comments:

Post a Comment